Pagi itu terasa senyap, aroma rumah
sakit begitu terasa hingga di ubun ubun. Melangkahkan kaki
melintasi bangsal anak RS Kanker Dharmais. Bangsal dimana anak anak
pasien Leukemia dirawat. Wajah wajah manis dengan tatapan mata bening
seolah tanpa dosa terbaring lemah tak berdaya disana. Terlintas dalam
pikiran “betapa banyak nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita” namun
telahkah kita bersyukur atas nikmat-Nya..? Begitu banyak nikmat yang
telah diberikan oleh Yang Maha Hidup dan Yang Menghidupkan, dan dua
hal yang sering terlupakan adalah nikmat sehat dan nikmat waktu.
Di ujung bangsal sosok Adzi Nurrahman
Rusdhian Putra atau yang biasa dipanggil Mas Adzi adalah seorang pasien di
Bangsal Anak RS Kanker Dharmais. Adzi yang saat ini berusia 4 tahun
adalah pasien Leukemia jenis ALL (lymphoblastic leukemia akut)
adalah jenis leukemia atau kanker darah putih yang ditandai dengan
berlebihnya lymphoblasts atu sel darah putih.
Kanker darah bisa disebut ganas jika sel darah
putih berkembang dan dioverproduksi di sumsum tulang. Hal itu menyebabkan
kerusakan dan kematian Penderita lekukemua jenis ALL umumnya adalah anak anak
antara usia 2-5 tahun, dan satu lagi puncak di usia tua. Tingkat menyembuhkan
keseluruhan pada anak-anak adalah sekitar 80%.
Adzi, pasien leukemia ini mulai masuk
bangsal 4 RS Kanker Dharmais sejak tahun 2008 lalu. Menurut dokter yang
menangani Adzi bahwa Juli 2010 lalu leukosit Adzi mencapai 47.000.
Dalam keadaan sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang
sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah
terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih. Melihat kondisi
Adzi yang demikian, dokter khawatir kanker akan menjalar dan menyerang
otak Adzi, begitu menurut cerita keluarganya. Maka satu satunya jalan
yang harus dilakukan adalah dengan adanya tindakan transplantasi sumsum tulang
dan kemoteraphy.
Sayangnya biaya transplantasi sumsum tulang dan
kemoteraphy itu sendiri luar biasa mencengangkan bagi saya maupun keluarga
Adzi. Angka untuk sebuah nyawa adzi, dokter mematok harga 1.5 milyar. Padahal
orang tua Adzi berasal dari keluarga sederhana yang selama ini sudah
mengusahakan agar Mas Adzi mendapatkan yang terbaik. Saat ini Adzi masih
menjadi pasien tetap di bangsal 4 RS Kanker Dharmais. Ayah Adzi adalah karyawan
perusahaan ternama ( PT. Freeport) konon selama ini biaya pengobatan manage
care nya juga telah di cover oleh Freeport. Mengingat dana yang
dibutuhkan untuk pengobatab Adzi cukup besar, saya pun rasanya tak percaya.
Hingga suatu ketika saya menanyakan hal itu kepada salah satu dokter onkolog
yang di rekomendasikan sahabat saya. Rasanya sulit percaya, saya pun berusaha
untuk meloby agar harga itu bukan angka mati yang tak bisa ditawar.
Dari pembiacaraan saya dengan dokter onkolog
tadi, saya diskusikan kepada sahabat sahabat yang ada dan bergabung dalam
“gerakan peduli kanker”. Dan dengan melihat kondisi adzi akhirnya cukup
mendapat perhatian dari media elektronik yaitu Trans-TV. Dengan mengambil tema
Trans-TV peduli, disitu artis-artis menggalang dana untuk Adzi diantaranya
adalah d’massiv hadir di bangsal 4 RS Kanker Dharmais tersebut. Saat ini
dana yang terkumpul baru kurang lebih 800 juta-an, artinya untuk mencapai 1.5
milyar masih harus dan butuh dana 700 juataan lagi. Kondisi ini mengharuskan
Adzi dan keluarganya mau tak mau harus bertahan dan berdo’a seraya menyerahkan
semua kepada Yang Maha Hidup.
Adalah pilihan yang sulit bagi orang tua juga keluarga
Adzi, bersyukur nya hingga saat ini si adzi masih mampu bertahan, keadaan Adzi
menginspirasi sahabat sahabatnya juga termasuk saya sendiri. Adalah
wanita hebat menurut saya yaitu Ibu Dian, ibundanya Adzi yang tak pernah lelah
apalagi mengeluh menunggui anak semata wayangnya ini sendiri karena suami
tercintanya harus bekerja di ujung Timur Indonesia (Timika). Namun demikian
bukan berarti ayah Adzi tak peduli, setiap off dari pekerjaannya ia senantiasa
berkunjung ke Jakarta untuk yang mampu menyemangati pasien kanker lainnya.
melihat dan mencium buah hatinya. Sebagian dari mereka menyebut Adzi
adalah anak ajaib dan membuat semangatnya pasien kanker lainnya.
Kondisi yang dihadapi orang tua Adzi dan
keluarganya mungkin juga dirasakan oleh pasien pasien leukemia atau kanker lain
di negeri ini. Bahkan mungkin memilih mati daripada harus menyiapkan biaya
transplantasi yang besarnya luar biasa ini. Menjadi dilema ketika hati saya
bertanya “apakah tidak ada kebijakan dari pemerintah atau para pelaku medis untuk
bisa memberikan pengurangan atas biaya transplantasi sumsum tulang Adzi..?
Ataukah pemerintah khawatir jika si Adzi ini diberikan pengurangan maka pasien
pasien yang lain juga akan meminta dan menuntut hal yang sama…?
Tulisan ini adalah sekelumit serita tengan Adzi
yang sampai saat ini masih terbaring lemah di bangsal RS Kanker Dharmais,
dan menunggu uluran tangan dari orang orang yang terbuka hatinya,
Bagi sahabat yang ingin tau kondisi Adzi bisa datang dan melihat
sendiri di bangsal 4 RS Kanker Dharmais. Semangat Adzi mampu menginspirasi saya
dan anak anak penderita kanker lainnya. Saya bersyukur bahwa ternyata
diluar sana masih banyak orang dan anak anak yang berjuang untuk mampu
bertahan untuk hidup dan kehidupannya.
Adalah manusiawi jika kadang kita lupa, Seperti
yang telah disinggung di awal tulisan bahwa dua hal yang sering terlupakan
adalah nikmat sehat dan nikmat waktu. Karena biaya untuk sehat itu cukup
mahal… adalah tugas kita untuk ikhtiar menjaga kesehatan. Begitupun waktu, hargai
dan gunakan waktu kita dengan baik selagi masih diberi waktu oleh-Nya…
|
Mas Adzi |