Aku mempunyai
seorang laki-laki, bernama Feris. Dia orang yg baik. Dia sayang kepadaku. Begitu
juga aku, aku juga sayang kepadanya. Feris orang pertama yg mampu merubah
hidupku. Segala hal yg baik selalu dia beri kepadaku. Dia melakukannya karena dia
sayang kepadaku. Dia tidak pernah mengharapakan imbalan dari aku selain
perasaan sayangku yg tidak berubah untuknya.
Masalah yg ku
hadapi dengannya tidak hanya masalah kecil, terkadang masalah kecil yg kita
hadapi bisa jadi besar karena kita sendiri. Dia tidak pernah menuntut akan
sikap emosionalku selama ini. Dia menerimaku sebagaimana sifatku. Aku menganggapnya
sebagai seorang malaikat bagiku ditengah keluarga kecilku yg sedang berantakan.
Dia hadir membawa senyum diwajahku, setelah selama ini tertutup muram yg sangat
tebal. Dia datang kepadaku membawa sejuta kebahagiaan. Untuk yg pertama kalinya
aku merasakan cinta. Dan itu kepadanya.
Dia seorang laki-laki bersifat dewasa yg
diidam-idamkan banyak perempuan. Dia laki-laki setia yg menghargai pasangannya.
Tapi apa yg aku perbuat? Menyia-nyiakannya selama satu tahun ini. Menyakitinya selama
satu tahun ini. Bila dipikirkan, aku sangatlah tidak pantas. Aku hanya
menyakiti dan meremehkannya. Tapi dia tidak pernah membalas kepadaku. Dia tidak
pernah menyia-nyiakan aku, meremehkan aku bahkan menyakitiku. Tak seharusnya
aku menggoreskan luka dihatinya. Aku sangat berdosa karena aku telah membuat
lubang menganga di hatinya. Tapi, lubang itu selalu tertutup sendiri dengan
usahanya sendiri, tanpa aku pedulikan. Kata-kata kasar yg tak sanggup ku tahan
seringkali melayang keluar dari mulutku ketika emosiku sudah memuncak. Aku wanita
dan aku sekasar laki-laki tak berpendidikan. Maafkan aku.
“Maafkan aku. Maafkan belum
bisa membalas semua yg sudah kau berikan. Maafkan aku masih sering menyakitimu.
Maafkan aku belum bisa menepati janjiku mengurangi sikap emosionalku. Aku
berjanji, dikit demi sedikit aku akan merubah sikapku padamu.”
Kami menjalani
hubungan yg tidak biasa. Karena dia di Jogja dan aku di Bandung. Kami menjalani
hubungan jarak jauh atau yg sering di sebut LDR (Long Distance Relationship). Setiap
orang berkata bahwa LDR tidaklah mudah dan akan cepat kandas. Tetapi, tidak
denganku dan dia. Hubungan yg kami jalani bertahan hingga detik ini, 370 hari. Aku
sangat bersyukur. Walaupun kami sempat break beberapa kali, akhirnya kami kembali.
Cintaku padanya tak pernah terhalang oleh jarak. Cintaku kepadanya tak terkikis
oleh apapun. Demi apapun itu, aku tidak pernah bersumpah benar dengan kata-kataku
bahwa aku benci dengannya. Lisan itu tercucap ketika emosiku meletup-letup. Dan
akan mencair ketika semuanya kembali seperti semula. Aku seorang wanita yg
penuh emosi dan dia memahaminya. Tidak masalah baginya, karena yg dia tau aku
yg sedang emosi berbeda dengan aku yg sedang dalam keadaan suasana hati baik.
“Seandainya aku tidak
disampingmu lagi nanti, berjanjilah padaku bahwa kau akan selalu tersenyum. Jangan
pernah bersedih karena aku melihatmu walaupun aku tak disampingmu. Terima kasih
sudah menjadi malaikat di hidupku, sayang. Aku mencintaimu.”
-@aindipraa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar