“To live a creative life we must lose our fear of being wrong. Thank you for visit "Catatan Ain". I hope you can find what you want. -Ain-

Jumat, 05 Juni 2015

Hai, Kamu.
Pasti masih sedih ya? Hmm, maafin aku ya bikin kamu sedih tapi ga bisa bikin kamu ketawa lagi kaya biasanya. Karena aku belajar buat ga egois lagi sekarang, walaupun kesannya lari dari tanggung jawab. Udah terlalu lama aku jadi peran utama di drama bodoh itu. Sekarang saatnya aku berhenti. Maafin aku karena maksa kamu jadi tokoh protagonis di dalamnya. Aku memang bodoh, harusnya drama itu ga pernah ada.
Aku tau kamu orang yang kuat. Aku tau banget gimana kamu, aku percaya kamu bisa jalan sendirian. Dan aku ga boleh egois kan? Aku pengen kamu bahagia dengan arti bahagia yang sebenarnya disana. Aku disini selalu berdoa supaya kamu jadi orang yang lebih baik lagi kedepannya. Aamiin.
Aku bener-bener ngerasa bersalah, tapi lapang dadamu kali ini bener-bener ga diperuntukkan buat aku. Aku paham. Aku minta maaf. Maafin aku karena ngerusak hidupmu yang dulunya berjalan normal, tapi setelah ada aku semuanya jadi hancur. Maafin aku karena ngerusak semua mimpi-mimpimu. Maafin aku karena udah jadi orang tolol yang ga tau diri dan maksa masuk ke dalam hidupmu. Aku minta maaf.
Aku kangen sama kamu. Ini kedengeran jijik ya? Aku ngerti. Tapi aku belajar buat ga jadi egois lagi. Aku belajar ikhlas. Aku juga belajar sabar. Aku minta maaf.
Aku bangga banget bisa masuk ke dalam hidupmu. Tapi yang aku lakuin malah bikin kamu sakit ya? Tapi hal itu yang ga km harapin ya? Aku minta maaf. Aku seneng karena sudah pernah ada buat kamu, aku bangga banget pernah ngerasain gimana di sayang sm kamu. Kamu baik banget, tapi aku jahat banget sama kamu. Makasih ya buat semua perjuanganmu, semua kebaikanmu, semua yang udah kamu ajarin sama aku, semua tawamu, semua marahmu, semua sikap jelekmu, semua kenangan semu yang pernah ada. Makasih banyak buat semua yang udah kamu kasih ke aku. Semoga kebaikanmu bisa di balas lebih dari yang kamu lakuin.
Maaf aku beberapa hari ini sedang bermimpi kalau kamu bakal cari aku kaya biasanya. Bodoh ya? Jelas-jelas aku ini bukan siapa-siapa.

Aku sayang kamu,
Your stranger

Senin, 11 Mei 2015

Resah lyric

Resah
by Payung Teduh

Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap 
Tapi aku tak bisa melihat matamu
Aku ingin berdua denganmu 
Di antara daun gugur 
Aku ingin berdua denganmu 
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
Aku menunggu dengan sabar 
Di atas sini, melayang-layang 
Tergoyang angin, menantikan tubuh itu
Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu 
Tapi aku hanya melihat keresahanmu
Ingin berdua denganmu 
Di antara daun gugur 
Aku ingin berdua denganmu 
Tapi aku hanya melihat keresahanmu

Jumat, 13 Maret 2015

Hujan Kecil

   Aku menopang kepalaku di depan jendela kamar. Hujan di luar sana masih setia mengguyur, padahal sudah hampir malam. Sama sepertiku yang masih setia membuang waktu disini. Lamunanku berhembus kemanapun yang ia inginkan. Aku ingat 5 tahun lalu, di depan sekolah, di bawah pohon Trembesi, saat aku menunggu jemputan, dan jam 2 siang. Kamu sedang berkelahi dengan anak SMK sebelah. Entah kenapa pemandangan itu membuatku tak bergeming sementara yang lainnya sibuk menyelamatkan diri. Hingga akhirnya aku melihatmu lemas dengan muka babak belur. Tawamu lepas tanda kemanangan.

   "Woy cemen lu pada!! Sini lawan gue lagi! Hahaha."

   Esoknya kita bertemu di depan ruang kepala sekolah. Rupanya kamu baru saja di adili ya? Aku ingat wajah kecutmu saat keluar dari ruangan itu. Kamu menatapku dengan sinis sambil pergi begitu saja. Ya, kita memang tak saling kenal saat itu. Semenjak saat itu kita saling bertemu. Entah di kantin, taman sekolah, di dekat kamar mandi saat kamu sedang merokok, di tempat parkir atau di lorong sekolah. Agaknya kamu sedikit berandalan pikirku saat itu. Tapi, entah mengapa sepertinya kamu berhasil mencuri sedikit perhatianku.
   Awalnya hanya sedikit perhatianku yang kamu curi, tapi lama-lama aku penasaran. Aku mencari tahu siapa namamu sebagai awal. Mereka memanggilmu Regi. Katanya kamulah preman sekolah. Kamu raja dari setiap perkelahian. Kamu tidak terkalahkan. Aku cukup terkejut mendengar fakta tentangmu. Kamu bukanlah laki-laki yang ganteng. Baikpun tidak, tapi entah kenapa kamu berhasil mencuri perhatianku.
   Sudah lama aku memendam. Karena aku tahu, kamu tidak akan pernah melihatku. Hingga akhirnya, di depan sekolah, di bawah pohon yang sama, di jam yang sama, tapi kali ini ada sedikit hujan kecil yang ikut meramaikan aku melihat kamu dipukuli oleh anak SMK sebelah yang rupanya datang untuk balas dendam. Kali ini kamu sendirian dan mereka bergerombol. Kamu tersungkur dan tak ada satupun yang mendekat. Dan disini cerita kita di mulai.

    "Kamu gapapa?"

    Aku mengguncang tubuhmu. Tapi kamu tidak menjawab bahkan bergerakpun tidak. Jujur, saat itu aku sedikit panik. Aku berusaha membawamu ke tepi jalan, dan saat itu mulai banyak orang yang datang menolong. Kamu di bawa ke rumah sakit. Kata mereka kamu hampir mati karena kehabisan darah. Tapi untung kamu masih bisa tertolong.
    Aku tidak melihatmu di sekolah keesokan harinya. Ya karena kamu masih di rumah sakit. Haruskah aku menjengukmu? Pikirku. Aku putuskan pergi kemana kamu di rawat pulang sekolah. Sampai di rumah sakit aku tak melihat seorangpun menungguimu. Kamu terlihat menyedihkan dengan beberapa luka dan memar di pipi dan ujung bibirmu. Sisa darah yang sudah kering membuatmu terlihat jelek. Saat aku sedang asik dengan lamunanku, saat itu juga kamu terbangun. Dan menatapku.

   "Siapa lu?"

   Aku hampir terperanjat kaget karena nada suaramu yang cukup tinggi.

   "Ehh eeem gini kemarin gue yang nolong lu waktu di keroyok sama anak-anak SMK."

   "Oh thanks."

   "Iya. Lu sendirian?"

   "Emang yang lu liat gue sama siapa?"

   "Oh iya sendirian. Eh kenalin nama gue Dian. Gue adik kelas lu."

   "Gue Regi."

   "Iya gue tau kok."

   "Eh gue laper nih. Ambilin makan dong."

   Aku tak melihat ada makanan di ruangan itu. "Hmm gue ada roti. Lu mau?"

   Tanpa menjawab kamu langsung mengambil roti yang baru aku keluarkan dari dalam tas.

***
   Di, cepetan dong gue udah di depan nih. Regi.

   Begitu isi smsmu. Setelah kejadian itu, kita jadi semakin dekat. Kamu sering mengajakku ke tempatmu dan teman-temanmu yang kamu sebut sebagai Markas Pelangi. Awalnya aku tertawa dengan namanya, karena sangat tak sesuai dengan sifat dan sikapmu yang arogan. Di tambah teman-temanmu yang di wajah dan telinganya penuh piercing. Tapi katamu nama itu punya filosofi. Dimana teman-temanmu sifatnya berbeda-beda seperti pelangi yang warnanya juga berbeda-beda, selain itu di balik sifat masing-masing kalian yang mengerikan itu ada sifat indah, baik dan manis seperti pelangi. Aku cukup tertegun.
 
   "Sorry ya gue lama. Abis gue bangun kesiangan."

   "Yaudah cepetan naik!"

   Hampir seminggu ini aku selalu pulang dan berangkat sekolah bersamamu. Walaupun sepanjang jalan sering tak ada sepatah katapun yang di bicarakan. Memang awkward. Tapi aku sangat suka. Karena aku bisa memandang punggungmu sepanjang jalan dan dalam diam aku bisa melamunkan bagaimana kalau aku memelukmu.

   "Di..."

   "Iya."

   "Gue suka sama lu."

   Suaramu sangat pelan dan bergetar. Aku hampir tak mendengarnya di tambah angin yang berhembus cukup kencang. "Haah?! Apaan? Gue ga denger."

   "Di, gue suka sama lu!!"

   Bagaikan tersetrum berjuta-juta kilovolt detak jantungku memburu begitu cepat begitu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Regi. Seandainya aku tidak sedang diatas motor mungkin aku sudah berjingkrak-jingkrak kesenangan. Apa aku tidak salah dengar? Atau aku sedang bermimpi? Yaampun apakah ini akhir dari penantianku?

   "Di, kamu masih ga denger ya?"

   "Iya aku mau jadi cewe kamu Regi. Aku mau banget!!"

   "Hahaha tapi aku kan ga ngajakin kamu pacaran."

   Ya ampun betapa bodoh dan malunya aku. Iya aku terlalu bersemangat. Ya ampun apa yang harus aku katakan. Ingin rasanya aku lompat saja dari motor ini. "Oh iya ya hehe."

   "Hahahaha yaampun kamu kok jadi kaya orang bego gitu sih. Yaudah jadi mulai saat ini kita pacaran ya, Di."

   Mulai detik itu. Tanggal 21 Oktober 2009. Jam 07.03. Di atas motormu. Aku milikmu. Dan kita bersama. Ini akhirnya karena ketidaksengajaanku melihatmu berantem dengan anak SMK sebelah dan tidak mau bersembunyi. Akhir yang tidak pernah terduga oleh siapapun. Dan yang katanya preman sekolah dan raja perkelahian kini menjadi pacarku. Tidak ada hal yang paling menyenangkan dari hari itu.

***
   Tidak terasa sudah hampir 3 bulan ini kita bersama. Kamu tidak berubah masihlah si preman sekolah dan raja perkelahian. Walaupun kita sering bertengkar karena hal itu, tapi kamu memang orang yang mudah tersulut emosinya. Satu hal yang membuatku salut padamu adalah kamu orang yang manis padaku, tidak main kasar seperti saat kamu sedang berantem dengan lawanmu, kamu tidak pernah mengumpatku seperti kamu mengumpat lawanmu, kamu sangat sabar menghadapi sikap kekanak-kanakanku. Tidak salah mengapa aku benar-benar mencintaimu, Regi.
   Seperti biasa pagi itu, kamu menjemputku. Kali ini tidak ada suasana awkward lagi saat di jalan. Kita bercanda sepanjang jalan sampai-sampai kadang tidak sadar kalau sudah tiba di sekolah. Dan kali ini aku bisa memelukmu secara terang-terangan, tidak hanya menatap punggungmu dalam diam lagi.
    Hari itu hari sabtu, dengan jam terakhir adalah ulangan sejarah. Aku sudah menyiapkan diri tadi malam agar bisa menjawab soal sejarah dengan baik. Tapi, mungkin aku memang tidak cukup baik di kelas sejarah. Seberapapun aku berusaha aku tak pernah benar-benar berhasil mengerjakan soalnya. Alhasil, aku keluar paling akhir. Kali ini aku tidak melihatmu menunggu di depan kelasku, seperti biasanya. Saat itu juga aku sadar, orang-orang berlari keluar sekolah. Karena penasaran ada apa, aku berlari keluar.
   Di depan sekolah, di bawah pohon Trembesi, jam 11 siang, di bawah hujan kecil aku melihatmu tertusuk pisau oleh lawanmu sendiri. Seketika orang-orang di sekitarku menjerit. Dadaku sakit. Lututku lemas. Air mataku menetes. Kamu jatuh berlutut dengan memegang dada. Aku melihat darah keluar dari mulutmu. Kamu tersungkur bersama pisau yang masih ada di dadamu.

***
   Kamu sudah pergi untuk selamanya. Kamu sudah tidak ada lagi disini. Kamu meninggalkanku. Kamu benar-benar pergi. Tidak ada lagi Regi sang preman sekolah dan raja perkelahian. Tidak ada lagi Regiku sayang yang selalu membuatku tertawa. Kini aku mengenangmu. Wangi tanah basah di luar sana mengingatkanku padamu. Aku merindukanmu, Regi..

Ain

Rabu, 25 Februari 2015

Bidadari Terakhir : Kisah Cinta Tidak Biasa

   Mungkin bagi sebagian kaskuser sudah pernah membaca kisah Bidadari Terakhir atau yang lebih di kenal dengan Kisah Pacaran dengan PSK, 1 Cinta, 2 Dunia dan Sejuta Memori. Kisah ini menceritakan tentang laki-laki yang saat itu masih berusia 17 tahun atau setara dengan kelas 3 SMA dan seorang perempuan berusia 20 tahun.
   Aku akan me-review sedikit kisah cinta Rasya dan Eva. Kisah cinta Rasya dan Eva merupakan kisah cinta yang tidak biasa.
"Cinta itu milik siapapun. Dan siapapun berhak merasakannya."
   Mungkin kata-kata itu yang tepat. Rasya adalah siswa SMA kelas 3, bertemu dengan Eva yang berumur 20 tahun secara tidak sengaja di tempat prostitusi saat Rasya menemani Adit, teman kecilnya. Eva adalah pekerja seks di tempat itu, tiba-tiba menawarkan diri pada Rasya yang hanya menunggu di luar. Setelah itu terjadi percakapan kecil di antara mereka. Hingga Rasya tahu, bahwa Eva sedang mengalami masalah, ibunya terkena tumor dan harus operasi yang membutuhkan biaya lumayan besar, tetapi akhir-akhir ini Eva sedang sepi pelanggan. Eva hanya memiliki sepertiga dari biaya yang di perlukan. Akhirnya Rasya menawarkan untuk meminjamkan uang keesokan harinya.
   Beberapa hari kemudian mereka bertemu lagi di sebuah cafe. Rasya mentraktir Eva dan mengajak Eva berjalan-jalan seharian itu. Sampai akhirnya Rasya mengajak Eva ke pantai. Disana Rasya memberikan uang yang sudah di janjikannya kepada Eva. Saking senangnya Eva memeluk Rasya. Setelah itu Eva jujur mengapa ia memilih pekerjaan yang tidak biasa itu. Dan Eva menceritakan kisah masa lalunya dengan pacarnya.
   "Dulu aku pernah punya pacar waktu masih sekolah. Dia satu-satunya yang aku terima dari semua orang yang mengejarku. Tapi dia hanya mencari senangnya saja sama aku. Makanya aku jadi males sama cinta-cintaan."
   "Tapi nggak semua cowok itu brengsek loh."
   "Ya tentu. Seperti yang ada disampingku ini kan."
   Rasya hanya tertawa mendengar Eva berkata demikian.
   "Loh kok ketawa bener loh kamu ini orangnya baik banget. Seandainya kamu mau jadi pendampingku. Ah tapi nggak mungkin haha."
   "Kok nggak mungkin? Kalau aku mau gimana?"
   "Hahaha dasar goblok. Ngapain kamu mau jadi pacar cewe kotor kaya aku gini."
   "Huss! Nggak boleh ngomong kaya gitu. Nggak ada kata terlambat buat ngebersihin hati kamu. Aku suka cewek yang apa adanya."
   Semenjak saat itu Rasya dan Eva berpacaran. Dan ibu Eva berhasil di operasi dan sembuh. Eva pun sudah berhasil menemukan pekerjaan baru yang lebih baik.
   Tapi, suatu saat Eva terlihat semakin kurus dan terlihat cekungan hitam di bawah matanya. Saat Di tanya kenapa Eva selalu menjawab tidak apa-apa. Tapi diam-diam Rasya tidak kaget dengan perubahan Eva. Karena sebelumnya Rasya sudah mengetahui bahwa Eva mengidap penyakit Sifilis dari teman kerja Eva, hal itu juga yang menyebabkan Eva sepi pelanggan saat pertama kali mereka bertemu.
   Keadaan Eva semakin hari semakin memburuk dan menjadi lumpuh. Akhirnya Eva di rawat di rumah sakit setelah di bujuk oleh Rasya. Saat itu Rasya sedang melaksanakan UN. Jadi setelah pulang sekolah Rasya bukannya langsung pulang tapi malah mengurusi Eva di rumah sakit. Hingga akhirnya tepat tanggal 30 April 2010, Eva menghembuskan nafas terakhir. Dan meninggalkan sepucuk surat untuk Rasya yang dititipkan di temannya.
  Inilah isi dari surat tersebut.

To : My Lovely …..

Dear,makasih kamu udah mau jadi pendamping aku
selama ini…makasih juga udah mau jadi malaikat
penyelamat untuk ibu aku…
Andaikan kamu tau aku punya penyakit gini,
aku yakin kamu pasti kecewa trus tinggalin
aku,yakin banget
makanya aku ngerahasiain
ini semua…maaf ya?
Dear,Kamu Laki-laki paling baik yang pernah aku temuin
,kamu mau terima aku apa adanya..
Aku perempuan kotor,miskin,keluarga semrawut,
tapi kamu tetep mau deket ma aku

Dear,andaikan aku udah gak hidup lagi di dunia
ini,kamu jangan sedih ya ? masih banyak perempuan
yang lebih baik dari aku..kamu orang baik,harus
punya pendamping yang baik juga :’)
Inget,jangan lagi datang-datang ke tempat kotor
gitu.setebal apapun iman kamu,pasti bisa
runtuh ama yang namanya perempuan.
Dear,walau dunia kita udah beda,aku tetep ada di
hati kamu kan?janji?aku akan slalu disamping
kamu,aku akan jaga kamu…….Maaf andai
slama ini aku&keluarga udah nyusahin kamu :*
Goodbye……. 


Your Lovely Bitch,
Eva

  Kisah inspiratif ini adalah kisah milik seorang kaskuser dengan id Behel.Cle0patra bersama kekasih PSK-nya Eva (Evaria Cindy). Kisah ini pertama kali di publikasikan di kaskus pada tanggal 9 Juli 2011 dengan judul 'Pengalaman Ane Pacaran Sama PSK,1 Cinta 2 Dunia Sejuta Memori'. Dan menarik banyak kaskuser dan membuat gerakan #Eva4Movie. Kisah ini pernah di jadikan cerpen oleh Agnes Davonar (bisa di baca disini). Dan akhirnya kisah ini di angkat ke layar lebar dengan judul Bidadari Terakhir pada akhir tahun 2014 lalu. Dan cerita asli tentang Eva bisa di baca disini.

Kalung milik Eva, surat, cincin dan foto asli Eva
 Ain

Sabtu, 14 Februari 2015

Still You #4


    Sudah seminggu berlalu semenjak kita berkenalan di lorong depan kantin. Dan sejak saat itu hampir setiap malam Bagus mengirimiku sms ataupun chat. Isinya tidak terlalu penting. Seputar menanyakan keadaan, walaupun begitu ujung-ujungnya akan menjadi seru karena celoteh-celoteh Bagus yang lucu. Sesekali dia juga menelpon. Tidak jarang kami jadi tidur larut karena itu. Aku merasa nyaman dengannya. Dan aku juga berhasil membuat Sherin mlongo beberapa detik ketika aku menceritakan  kejadian itu padanya beberapa waktu lalu. Dia benar-benar tidak percaya aku bisa berkenalan dengan orang yang selalu di anggap dingin dan angkuh itu. Sherin juga kaget ketika aku katakan bahwa Bagus adalah orang yang lucu. Untuk yang satu itu dia benar-benar tidak percaya, karena Sherin tak pernah sekalipun melihat Bagus tersenyum bahkan tertawa.
***
   Sore ini aku akan pergi menonton film dengan Bagus, Sherin dan Leon, berhubung besok adalah weekend kami berencana untuk menghabiskan malam ini dengan berjalan-jalan kemanapun. Walaupun kami saling ber-sms
   “Duh, anak mama mau kemana sih? Udah cantik aja.”
   “Hihi. Pritta mau nonton ma.” Jawabku sambil mengikat tali di bajuku.
   “Sama siapa, sayang?”
   “Cuma berempat ma. Ada Sherin sama Leon. Yang satu lagi teman baruku di sekolah namanya Bagus.”
   “Ya udah kamu jangan pulang malem-malem ya nanti. Handphone kamu jangan sampai mati biar mama gampang menghubungi kamu.”
   “Iya mama. Aku kan udah gede jadi mama ngga perlu khawatir lagi kok. Eh iya ma kayanya temen aku udah di depan deh. Aku jalan ya ma” Aku menyalami tangan mama sambil mencium pipinya.
   “Ya sayang hati-hati ya. Ingat pesan mama!” Suara mama agak dikeraskan saat ini.
   “Siap bos!” Teriakku sambil menutup pintu utama.
   Aku di jemput Bagus karena kami janjian bertemu Sherin dan Leon langsung di bioskop. Di perjalanan aku lebih banyak diam karena menikmati lagu yang di putar di playlist mobil Bagus. Bagus juga tidak banyak bicara, tapi sekali saja bicara pasti menggodaku seperti biasanya. Mungkin karena canggung, kita memang tak pernah bicara secara langsung lagi setelah seminggu yang lalu. Kami hanya bicara lewat telepon. Jika berpapasan kami cuma saling melempar senyum satu sama lain. Kali ini Bagus terlihat berbeda, dia mengenakan kaos dan celana pendek tetapi rambutnya tidak dijambul. Mungkin minyak rambutnya habis, tebakku dalam hati malas bertanya sedetail itu. Penampilannya memang tidak pernah rapi, dia selalu terlihat santai. Baju sekolahnya saja tak pernah di masukkan. Perjalanan ke bioskop terasa sangat lama karena macetnya kota Jakarta yang tak kunjung reda dan sudah menjadi rutinitas yang di hadapi oleh warganya, termasuk aku. Untung saja kami berangkat lebih awal dengan niat dapat menonton film yang sudah direncanakan.
   Sekitar satu setengah jam perjalan-sudah termasuk macet-kami sampai juga. Setelah memarkirkan kendaraan, kami menemui Sherin dan Leon yang katanya sudah di dalam. Dari jauh aku bisa melihat Sherin membawa beberapa buah tiket di tangan kanannya. Kami menghampiri Sherin dan Leon. Semuanya terlihat sangat cangung.
   “Hei Bang Ale. Makin sipit aja hihi.” Godaku pada Leon berusaha mencairkan suasana
   “Haha Pritta. Selalu itu yang lo lontarin kalau ketemu Abang Ale.”
   “Oh iya, Bang Ale ini Bagus temen gue di sekolah. Dan Bagus ini Leon sepupu gue. Pacarnya Sherin juga. Kalo Sherin udah kenal kan, Gus?” Aku coba mengenalkan Leon dengan Bagus
   Leon dan Bagus saling melempar senyum. Dan akhirnya saling menjabat tangan untuk memulai perkenalan. Aku masih melihat wajah canggung diantaranya. Oleh karena itu aku meminta mereka jalan beriringan dan aku jalan dengan Sherin. Mereka mulai berbicara pembicaraan laki-laki yang tak ku ketahui, dan malas untuk ku ketahui. Kami masuk ke dalam bioskop bersama-sama.
***
   Hubunganku dengan Bagus terus berlanjut hingga kini. Mungkin sudah sekitar satu bulan. Semuanya berubah. Kami semakin dekat dan aku merasa lebih istimewa. Aku yakin dia menyukaiku walaupun dia tak pernah mengatakannya. Hubungan kami selama ini tidak berjalan lancar-lancar saja. Banyak orang yang merasa patah hati dengan kedekatan kami, walau kami sering katakan bahwa kami hanyalah teman. Tapi tak ada yang menerimanya, termasuk Jessy. Jessy seorang gadis cantik dengan rambut panjang kecoklatan yang selalu digerai menutupi punggung, matanya bulat dan bibirnya mungil, sepintas dia mirip dengan boneka ditambah bibir merah dan hidung yang bagus, tubuhnyapun bagus. Benar-benar cantik, kalau di bandingkan denganku kami memang jauh berbeda. Jessy juga orang kaya, ayahnya adalah manager di sebuah perusahaan swasta. Siapa yang tak mengenal si cantik Jessy. Selain terkenal karena kecantikannya, Jessy juga terkenal karena sifat angkuhnya.
   Karena Jessy tak menyukai kedekatanku dengan Bagus dan merasa ia diabaikan oleh Bagus karenaku, beberapa waktu lalu ia sempat menghampiriku saat aku sedang menemani Sherin ke kamar mandi sekolah. Dia datang dengan dua orang temannya dengan muka marah.
  “Lo Pritta?” Ujarnya ketus padaku
   “Ya.”
   “Lo siapanya Bagus? Ganjen bener!”
   “Bukan siapa-siapa kok. Gue ngga ganjen sama dia. Kita Cuma temen. Emang kenapa?” Aku berusaha menahan amarahku.
   “Gue pacar Bagus yang baru!”
   Aku kaget mendengar ucapannya dan berusaha menenangkan diri. “Oh gitu. Ya udah”
   “Liat aja lo berani deketin cowo gue!” Dia mengacungkan telunjuknya di depan mukaku dan pergi meninggalkanku.
   Sherin keluar kamar mandi ketika Jessy sudah pergi, dan saat ku ceritakan kejadian barusan Sherin sempat geram pada Bagus karena hanya memberiku harapan palsu. Aku tak percaya dia setega itu padaku. Ternyata Bagus sama saja seperti laki-laki lainnya.
***
   Setelah kejadian di kamar mandi, aku tak mau menemui Bagus. Hingga akhirnya, suatu siang di depan sekolah Bagus menghampriku yang sedang menunggu Kang Sono, dia minta penjelasanku mengapa aku selalu menghindarinya. Awalnya aku malas menjawab, tapi karena ia memohon-mohon dan serentetan pasang mata menatap kami akupun luluh.
   “Ta, lo ngapa jauhin gue sih? Salah apa gue?”
   “Ngga.”
   “Ta, please ada apa? Gue bingung.”
   “Ngga ada apa-apa.”
   “Gue salah apa?” Kali ini Bagus menggenggam tanganku.
   Aku menarik tanganku, aku muak dengan sikapnya yang selalu baik padaku tapi ternyata semua tak ada artinya.
   “Ya ampun Ta. Lo kenapa dah?”
   “Ngga usah pura-pura baik sama gue!”
   “Maksudnya apa Ta?”
   “Lo udah jadian kan sama Jessy!” Kali ini nadaku agak keras.
   “Hah?” Suasana menjadi senyap beberapa detik, sebelum akhirnya.. “Hahahahahahahahahaha” Tawa Bagus meledak sekeras-kerasnya hingga orang-orang yang berada di halte-yang jaraknya sekitar dua meter dari kami-menoleh kepada kami.
   “Apaan sih lo! Ngga ada yang lucu.” Aku merasa sangat malu saat itu karena di lihat banyak orang.
   “Lo yang lucu. Hahaha.” Bagus belum juga menghentikan tawanya. “Duh sakit perut gue, Ta! Hahaha”
   “Serah lo!” Aku benar-benar marah padanya.
   “Oh jadi lo marah gara-gara itu? Lo cemburu ya?”
   “Iya lah!” Aku membisu beberapa saat sampai aku sadar bahwa aku keceplosan. Aku melihat ke arah Bagus. Tapi dia juga diam, tapi seulas senyum khas-senyum dengan kumis kucing-jelas terpampang di wajahnya. Tapi aku cepat-cepat memalingkan wajahku. Ingin rasanya aku melepas wajahku dan membuangnya jauh-jauh, rasanya sangat malu. Sepertinya dia tahu bahwa aku keceplosan dan sedang diliputi rasa malu sekarang.
   Kesunyian itu bertahan beberapa detik, cukup lama sebenarnya.
   “Ta.” Bagus memanggil namaku. Tapi kali ini kedengaran lebih lembut.
   Hatiku berdebar. Tapi aku hanya menoleh sebentar ke arahnya, tanpa menjawab. Bagus tidak tersenyum, wajahnya serius.
   Bagus memegang tanganku. Detak jantungku melewati ambang rata-rata. Mungkin suaranya terdengar hingga telinga Bagus. Tanganku dingin, aku bisa merasakan peluh mulai membasahi tanganku.
   Bagus melanjutkan ucapannya “Gini. Dari awal kita ketemu di kantin, waktu aku nabrak kamu semua terasa aneh, Ta. Setelah itu aku jadi pengen ketemu kamu lagi. Aku sering kok sengaja bolak-balik di depan kelasmu untuk ketemu kamu, tapi kamu nggak merhatiin kan? Sampai aku liat kamu duduk di lorong-di depan kantin, rasanya deg-degan. Awalnya aku ragu duduk di sampingmu, karena aku pikir kamu bakalan pergi. Tapi kamu malah ngasih aku botol minum. Kamu asyik. Setelah itu semua jadi bener-bener berubah. Aku suka kamu, Ta. Aku nyaman sama kamu. Kamu mau nggak jadi cewek aku?”
   Aku mematung seketika mendengar kata-kata Bagus. Benar-benar membisu dan tak tahu harus apa. Nafasku memburu semakin cepat dan dadaku berdebar keras sekali. Tidak sadar tanganku mencengkram tangan Bagus. Aku membalikkan badanku, menghadap Bagus. Berusaha menatap matanya, dan menjawab semua ucapannya tapi kata-kataku tak mau keluar. Lama sekali aku terdiam. Akhirnya aku mengangguk dan tersenyum padanya. Aku bisa lihat raut bahagia yang tak bisa ditutupi di wajahnya.

[To be continued...]
Ain
http://dc100.4shared.com/img/1630434100/a97efa14/dlink__2Fdownload_2Fi1MqBrH-_3Ftsid_3D20130313-35301-2f246ef0/preview.mp3