“To live a creative life we must lose our fear of being wrong. Thank you for visit "Catatan Ain". I hope you can find what you want. -Ain-

Kamis, 10 Januari 2013

Cinta, Jarak dan Maaf


   Aku mempunyai seorang laki-laki, bernama Feris. Dia orang yg baik. Dia sayang kepadaku. Begitu juga aku, aku juga sayang kepadanya. Feris orang pertama yg mampu merubah hidupku. Segala hal yg baik selalu dia beri kepadaku. Dia melakukannya karena dia sayang kepadaku. Dia tidak pernah mengharapakan imbalan dari aku selain perasaan sayangku yg tidak berubah untuknya.
   
  Masalah yg ku hadapi dengannya tidak hanya masalah kecil, terkadang masalah kecil yg kita hadapi bisa jadi besar karena kita sendiri. Dia tidak pernah menuntut akan sikap emosionalku selama ini. Dia menerimaku sebagaimana sifatku. Aku menganggapnya sebagai seorang malaikat bagiku ditengah keluarga kecilku yg sedang berantakan. Dia hadir membawa senyum diwajahku, setelah selama ini tertutup muram yg sangat tebal. Dia datang kepadaku membawa sejuta kebahagiaan. Untuk yg pertama kalinya aku merasakan cinta. Dan itu kepadanya.
        
   Dia seorang laki-laki bersifat dewasa yg diidam-idamkan banyak perempuan. Dia laki-laki setia yg menghargai pasangannya. Tapi apa yg aku perbuat? Menyia-nyiakannya selama satu tahun ini. Menyakitinya selama satu tahun ini. Bila dipikirkan, aku sangatlah tidak pantas. Aku hanya menyakiti dan meremehkannya. Tapi dia tidak pernah membalas kepadaku. Dia tidak pernah menyia-nyiakan aku, meremehkan aku bahkan menyakitiku. Tak seharusnya aku menggoreskan luka dihatinya. Aku sangat berdosa karena aku telah membuat lubang menganga di hatinya. Tapi, lubang itu selalu tertutup sendiri dengan usahanya sendiri, tanpa aku pedulikan. Kata-kata kasar yg tak sanggup ku tahan seringkali melayang keluar dari mulutku ketika emosiku sudah memuncak. Aku wanita dan aku sekasar laki-laki tak berpendidikan. Maafkan aku.

“Maafkan aku. Maafkan belum bisa membalas semua yg sudah kau berikan. Maafkan aku masih sering menyakitimu. Maafkan aku belum bisa menepati janjiku mengurangi sikap emosionalku. Aku berjanji, dikit demi sedikit aku akan merubah sikapku padamu.”

    Kami menjalani hubungan yg tidak biasa. Karena dia di Jogja dan aku di Bandung. Kami menjalani hubungan jarak jauh atau yg sering di sebut LDR (Long Distance Relationship). Setiap orang berkata bahwa LDR tidaklah mudah dan akan cepat kandas. Tetapi, tidak denganku dan dia. Hubungan yg kami jalani bertahan hingga detik ini, 370 hari. Aku sangat bersyukur. Walaupun kami sempat break beberapa kali, akhirnya kami kembali. Cintaku padanya tak pernah terhalang oleh jarak. Cintaku kepadanya tak terkikis oleh apapun. Demi apapun itu, aku tidak pernah bersumpah benar dengan kata-kataku bahwa aku benci dengannya. Lisan itu tercucap ketika emosiku meletup-letup. Dan akan mencair ketika semuanya kembali seperti semula. Aku seorang wanita yg penuh emosi dan dia memahaminya. Tidak masalah baginya, karena yg dia tau aku yg sedang emosi berbeda dengan aku yg sedang dalam keadaan suasana hati baik.

“Seandainya aku tidak disampingmu lagi nanti, berjanjilah padaku bahwa kau akan selalu tersenyum. Jangan pernah bersedih karena aku melihatmu walaupun aku tak disampingmu. Terima kasih sudah menjadi malaikat di hidupku, sayang. Aku mencintaimu.”




-@aindipraa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://dc100.4shared.com/img/1630434100/a97efa14/dlink__2Fdownload_2Fi1MqBrH-_3Ftsid_3D20130313-35301-2f246ef0/preview.mp3