“To live a creative life we must lose our fear of being wrong. Thank you for visit "Catatan Ain". I hope you can find what you want. -Ain-

Jumat, 26 Desember 2014

Blank Space lyric

Blank Space
by Taylor Swift

Nice to meet you
Where you been?
I could show you incredible things
Magic, madness, heaven, sin
Saw you there and I thought oh my god
Look at that face, you look like my next mistake
Love's a game, wanna play
New money, suit and tie
I can read you like a magazine
Ain't it funny rumors fly
And I know you heard about me
So hey, let's be friends
I'm dying to see how this one ends
Grab your passport and my hand
I could make the bad guys good for a weekend

So it's gonna be forever
Or it's gonna go down in flames
You can tell me when it's over
If the high was worth the pain
Got a long list of ex-lovers
They'll tell you I'm insane
Cause you know I love the players
And you love the game

Cause we're young and we're reckless
We'll take this way too far
It'll leave you breathless
Or with a nasty scar
Got a long list of ex-lovers
They'll tell you I'm insane
But I got a blank space baby
And I'll write your name

Cherry lips
Crystal skies
I could show you incredible things
Stolen kisses, pretty lies
You're the king baby I'm your queen
Find out what you want
Be that girl for a month
But the worst is yet to come
Oh no
Screaming, crying, perfect storms
I could make all the tables turn
Rose garden filled with thorns
Keep you second guessing like oh my god
Who is she? I get drunk on jealousy
But you'll come back each time you leave
Cause darling I'm a nightmare dressed like a daydream

So it's gonna be forever
Or it's gonna go down in flames
You can tell me when it's over
If the high was worth the pain
Got a long list of ex-lovers
They'll tell you I'm insane
Cause you know I love the players
And you love the game

Cause we're young and we're reckless
We'll take this way too far and leave you breathless
Or with a nasty scar
Got a long list of ex-lovers
They'll tell you I'm insane
But I got a blank space baby
And I'll write your name

Boys only want love if it's torture
Don't say I didn't say I didn't warn you
Boys only want love if it's torture
Don't say I didn't say I didn't warn you

So it's gonna be forever
Or it's gonna go down in flames
You can tell me when it's over
If the high was worth the pain
Got a long list of ex-lovers
They'll tell you I'm insane
Cause you know I love the players
And you love the game

Cause we're young and we're reckless
We'll take this way too far and leave you breathless
Or with a nasty scar
Got a long list of ex-lovers
They'll tell you I'm insane
But I got a blank space baby
And I'll write your name

Senin, 24 November 2014

Still You #3


   Jam weker di kamarku sudah menunjukkan pukul 23.34 tapi pelupuk mataku tak mau menutup juga. Bukan karena insomnia. Tapi aku merasa ada yang janggal pada diriku. Setelah mendengar cerita Sherin di sekolah tadi aku merasa kesal. Sherin berkenalan secara langsung dengan anak baru itu. Bukan bukan! Bukan karena dia mengkhianati sepupuku, Leon. Tapi ada persaan lain. Aku tak mau langsung mengambil kesimpulan atas apa yang aku rasakan saat ini. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa apa yang aku rasakan semata-mata karena sebal melihat Sherin menjadi ganjen padahal sebelumnya dia tidak seperti itu, apalagi dia memiliki Leon. Walaupun itu sulit diterima oleh perasaanku. Tidak mungkin aku menyukai tiang berjalan itu!
***
   Hari ini ada pertandingan basket antar kelas di sekolahku. Ternyata si anak baru itu main juga. Membuat setiap cewek di sudut sekolah berkumpul di lapangan, untuk mendukungnya. Setiap pendukung team rata-rata membawa kertas manila besar yang berisi kata-kata semangat untuk pemain. Dan ternyata sekitas 80% anak-anak cewek menulis nama ‘Bagus’ di kertas yang mereka bawa. Aku hanya menghela napas melihat itu. Perasaan itu muncul lagi. Dan sekarang bukan karena Sherin ataupun Leon. Alasan genitnya Sherin yang aku buat malam itu tak bisa digunakan lagi sekarang. Apa ini?Aku menyukainya? Ini pasti bercanda! Aku berperang melawan hati kecilku. Aku tak mungkin menyukainya. Aku bahkan tidak menganalnya. Mendengar suaranya hanya sekali saat dia bilang “sorry” dan aku benci saat dia melengos pergi setelah menabrakku, aku juga benci saat dia terlihat sok cool dengan iPod. Tapi di sudut hati kecilku yang paling dalam berkata bahwa Bagus terlihat sangat keren berlari mendribble bola basket, rambut berantakkannya bergoyang-goyang, wajahnya yang terselimuti peluh itu sangat mempesona. Sejenak aku termakan oleh rayuan hati kecilku. Tapi aku sadar bahwa aku tidak akan menyukainya! Aku memilih untuk pergi meninggalkan lapanga.
   Aku duduk di lorong depan kantin, lorong yang menyambungkan kelas-kelas dengan kamar mandi laki-laki di ujung lorong. Hari ini Sherin sedang izin sakit, padahal aku tahu kalau dia sedang menemui Leon. Karena Leon datang dari Bandung pagi tadi. Mungkin sudah sekitar setengah jam aku duduk disini memerhatikan penjaga kantin yang wara-wiri di kantin, sambil sesekali tersenyum kepad mereka. Aku benar-benar tidak mood setelah kejadian di lapangan tadi. Aku berusaha melupakan kejadian itu tapi tak 100% berhasil. Nampaknya pertandingan sudah selesai bisa dilihat karena ada beberapa pemain team basket kelas 12 IPA 1 berjalan bolak-balik di depanku menuju kamar mandi dengan peluh di badan mereka.
   Beberapa menit kemudian, saat aku masih duduk di lorong sambil menggenggam botol minuman dingin yang sedari tadi aku beli tapi tak kunjung ku minum, ada seseorang yang duduk di sampingku. Kursi yang aku duduki memang panjang, dan cukup untuk 2-3 orang. Aku menoleh. What?!!! Teriakku dalam hati. Si tiang berjalan-Bagus-anak baru-itu duduk di sampingku. Aku terpaku melihatnya mengusap peluh di dahinya. Aku tahu aku salah! Tanpa sadar aku menyodorkan botol yang sedari tadi kugenggam. Dia menoleh ke arahku. Arggghhh! Bego Pritta bego! Jeritku dalam hati. Aku coba mencairkan suasana, berusaha tak gugup walaupun mungkin suara degup jantungku bisa terdengar olehnya.
   “Nih. Belum di minum kok.” Aku menyodorkan botol minuman kepadanya.
   Dia hanya terdiam melihat tanganku dan kembali memandangku “Thanks ya.” Dia tersenyum sambil mengambil botolnya. Manis sekali!
   Kalian tahu? Jantungku seakan-akan sedang meloncat dan menari-nari di dalam tubuhku. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku melemparkan senyum balasan kepadanya. Dia meminum setengah isi botol tersebut dan menoleh kepadaku.
   “Eh lo bukannya yang waktu itu gue tabrak di kantin ya?”
   “Eh?” Jawabku spontan karena kaget.
   “Sorry ya waktu itu gue ngeloyor gitu aja. Eh by the way thanks ya nih minumannya. Tau aja gue males jalan ke kantin padahal nih kantin depan hidung. Hehehe” Ujarnya sambil tersenyum kuda. Menampilkan gigi-gigi putih yang rapi berjajar.
   “Oh hehe iya ngga apa-apa kok.” Jawabku singkat karena aku benar-benar gugup saat itu.
   “Oh iya.” Dia menyodorkan tangannya. “Gue Bagus.” Dia kembali tersenyum kepadaku.
   “Iya gue tau kok.” Aku menjabat tangannya. “Gue Pritta. Tapi jangan pernah panggil gue Prit karena gue nggak suka si panggil kaya gitu. Kaya suara peluit polisi di jalan. Hehe”
   “Hahaha. Lo ada-ada aja.” Kali ini dia tertawa. Lucu sekali seperti ada kumis kucing di pipinya, entah apa namanya itu.
   Aku hanya tersenyum padanya.
   “Eh iya gue ke wc dulu ya. Ganti baju. Kecut gini gue. Ntar lari lo lagi hehehe.” Candanya
   “Dih hahaha apaan engga kok.”
   “Berarti lo suka sama bau badan gue yang kecut begini ya?”
   “Yaelaaah ngga gitu juga kali. Ya udah sana ganti baju lo!”
   “Hahaha becanda neng.”
   Aku melihat punggung Bagus berjalan menjauh hingga hilang di balik pintu kamar mandi. Sama seperti saat itu-di depan kantin-tapi bedanya kali ini ada semburat senyum di wajahku. Entah mengapa perasaan gugup itu hilang saat aku bicara banyak dengannya tadi. Entah mengapa rasanya nyaman sekali. Dan aku jadi tak mau berhenti senyum mengingat hal yang barusan terjadi padaku. Dia tidak seperti yang aku bayangkan, dan tidak seperti yang orang lain katakan. Dia tidak sombong dan dingin.
   “Eh lo kok masih disini?” Suara itu membuyarkan lamunanku. Aku tak sadar ternyata aku masih duduk di lorong selama Bagus ke kamar mandi tadi, hingga dia kembali lagi. Aku hanya diam sambil mengangkat kepala melihat wajah Bagus yang tepat berdiri sekitar 30 centimeter di depanku.
   “Eh lo kok diem aja sih?Lo nungguin gue ya? Hahaha” Ia bergurau membuat wajahku berubah seperti tomat.
   “Hah? Pede banget sih huh!” Jawabku sedikit ketus dan memalingkan wajah untuk menutupi rasa malu.
   “Hehe becanda lo mah jutek banget sih jadi cewek ntar ngga ada yang naksir loh, bisa-bisa jadi perawan tua lo.”
   Aku sedikit kesal mendengar komentarnya barusan. Aku memilih untuk diam saja. Sepertinya Bagus menyadari bahwa aku kesal, beberapa kali ia coba untuk menggodaku berharap rasa kesalku akan hilang. Hmm, tapi sebenarnya rasa kesal itu tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan rasa berbunga-bunga yang menyelimuti diriku saat ini. Entah kenapa.
   “Ta, yuk kedepan aja. Ntar kita disangka buat yang engga-engga lagi berdua di pojok sekolah kayak gini.”
   “Dih ngarep aja sih lo, Gus.”
   Tak seorangpun pernah memanggilku dengan sebutan ‘Ta’ sebelumnya. Walaupun itu adalah bagian dari namaku. Tapi sebagian orang memanggilku Pritta atau bahkan yang lebih buruk Prit. Aku tidak keberatan dipanggil ‘Ta’ setidaknya itu lebih baik daripada ‘Prit’.
   Kami-aku dan Bagus-berjalan beriringan menyusuri lorong-lorong kelas yang di depannya banyak sekali siswa duduk berjajar, hari ini adalah hari bebas jadi tidak ada jam pelajaran. Entah sudah berapa puluh pasang mata menatap kami dengan tatapan heran, atau mungkin cemburu. Wajar saja baru kali ini Bagus jalan beriringan bersama seorang cewek selama ia pindah ke sekolahku. Ada perasaan senang sekaligus bangga yang berkecamuk di dadaku saat ini. Rasanya ingin senyum selebar-lebarnya memperlihatkan kepada semua yang merasa tersaingi.
   “Eh Ta, gue balik ya gue lupa ngga bawa baju ganti nih lagian hari ini kan bebas.”
   “Pantesan lo tadi ke wc niat ganti baju tapi sampe keluar baju lo tetep sama. Kirain gue lo seneng make baju yang basah kuyu begitu hehe” Aku coba menggodanya.
   “Iya gue tau sih lo suka sama bau keringat gue hahaha.”
   Aku Cuma membalas dengan memajukan bibirku tanda malas berdebat.
   “Ta gue boleh ngga minta pin atau nomor lo? Ya maksdunya kali ada perlu gampang gitu”
   Aku cukup terkejut mendengar ucapan Bagus. Aku hanya tersenyum padanya, lalu mendiktekan nomorku. Setelah itu ia pergi ke parkiran untuk mengambil motornya dan pulang.
   Bolehkan aku menyimpulkan sesuatu? Sekarang aku yakin bahwa aku menyukainya.

[To be continued..]
Ain

Gravity lyric

Gravity
by Sara Bareilles

Something always brings me back to you.
It never takes too long.
No matter what I say or do I'll still feel you here 'til the moment I'm gone.
You hold me without touch.
You keep me without chains.
I never wanted anything so much than to drown in your love and not feel your reign.

Set me free, leave me be. I don't want to fall another moment into your gravity.
Here I am and I stand so tall, just the way I'm supposed to be.
But you're on to me and all over me.
You loved me 'cause I'm fragile.
When I thought that I was strong.
But you touch me for a little while and all my fragile strength is gone.

Set me free, leave me be. I don't want to fall another moment into your gravity.
Here I am and I stand so tall, just the way I'm supposed to be.
But you're on to me and all over me.
I live here on my knees as I try to make you see that you're everything I think I need here on the ground.
But you're neither friend nor foe though I can't seem to let you go.
The one thing that I still know is that you're keeping me down.
You're keeping me down, yeah, yeah, yeah, yeah
You're on to me, on to me, and all over...
Something always brings me back to you.
It never takes too long.

Sabtu, 25 Oktober 2014

You don't know

Everyone said what on their mind and what they think just because they don't know the real fact that happened to me right now.

Minggu, 28 September 2014

Human lyric

Human
by Christina Perri

I can hold my breath
I can bite my tongue
I can stay awake for days
If that's what you want
Be your number one

I can fake a smile
I can force a laugh
I can dance and play the part
If that's what you ask
Give you all I am

I can do it
I can do it
I can do it

But I'm only human
And I bleed when I fall down
I'm only human
And I crash and I break down
Your words in my head, knives in my heart
You build me up and then I fall apart
'Cause I'm only human

I can turn it on
Be a good machine
I can hold the weight of worlds
If that's what you need
Be your everything

I can do it
I can do it
I'll get through it

But I'm only human
And I bleed when I fall down
I'm only human
And I crash and I break down
Your words in my head, knives in my heart
You build me up and then I fall apart
'Cause I'm only human

I'm only human
I'm only human
Just a little human

I can take so much
'Til I've had enough

'Cause I'm only human
And I bleed when I fall down
I'm only human
And I crash and I break down
Your words in my head, knives in my heart
You build me up and then I fall apart
'Cause I'm only human

Rabu, 03 September 2014

Still You #2

   Benar saja! Orang yang menabrakku di kantin kemarin adalah anak baru itu, dan ternyata namanya Bagus. Dia sudah menjadi terkenal sekarang, setiap sudut sekolah pasti tahu siapa Bagus. Padahal ia baru saja 3 hari di sekolah ini. Ketampanannya membuat setiap cewek di sekolah terkagum-kagum. Terlebih lagi katanya ia pintar bermain basket. Tapi kesombongannya membuat para laki-laki di sekolah enggan untuk menjadi temannya. Itulah sebabnya ia menjadi pasif, walaupun banyak cewek yang menyukainya.
   Pelajaran Bahasa Inggris siang ini sungguh membosankan. Pak Rahmat yang tidak berhenti mengoceh dengan bahasa asing yang tak terdengar begitu jelas dengan suara khasnya yang kecil dan agak cempreng sukses mengundang kantukku. Entahlah mengapa hari ini begitu membosankan bagiku. Tidak seperti hari-hari kemarin. Tidak tahu sudah berapa batang isi pensil mekanik yang aku habiskan dalam satu mata pelajaran ini. Aku mencoret-coret bagian belakang buku catatanku. Tanpa ku sadari Sherin memperhatikanku diam-diam.
   “Heh lo kenapa sih?” Bisiknya
   “Gue bete, Sher si botak ngomong mulu daritadi. Ngantuk gue.”
   “Hihihi. Tumben lo.” Sherin cekikikan
   “Iya gatau nih hari ini bete banget gue. Udah ah gue mau ke wc Sher.”
   “Yeee dasar nih anak bule tapi sama bahasa inggris ga demen.”
   "Gue Pakistan, Sher please deh ngga pake bahasa inggris.”
   Iya. Ayahku  memang keturunan Pakistan-Indonesia. Jadi saja wajahku ini sedikit mirip bule. Padahal menurutku hidungku tidak mancung-mancung amat dan rambutku juga tidak pirang. Tapi, setiap bertemu orang baru mereka akan tahu bahwa aku adalah keturunan luar.
   Setelah berhasil meninggalkan kelas dengan alasan ingin ke kamar mandi, aku melihat jam tangan bermotif bunga-bunga yang melingkar manis di pergelangan tangan kiriku. Tinggal 15 menit lagi mata pelajaran si botak-Pak Rahmat-akan habis disusul jam istirahat kedua. Ku putuskan setelah ke kamar mandi, untuk langsung menuju kantin. Agar aku kebagian makanan dan tidak berdesak-desakkan dengan siswa lainnya-seperti pemandangan dua hari lalu.
   Dari kejauhan aku dapat melihat ada seseorang yang sudah tak asing lagi duduk di meja panjang depan kantin, sendirian. Bagus. Ngapain anak baru itu nongkrong disana, bukannya ini masih jam pelajaran. Dan sebelumnya aku tidak dengar suara bel istirahat, batinku. Entah mengapa aku menjadi penasaran dan peduli kepada orang yang sudah menabrakku tempo lalu. Kontan saja aku menepuk jidatku karena merasa bodoh. Tak sadar aku menepukkunya terlalu keras sehingga aku mengaduh sendiri. Aku berjalan menuju kantin sambil memegang jidatku-seperti habis menabrak tiang- tak peduli dengan seseorang yang sedang duduk disana. Sebenarnya aku peduli. Karena aku sempat melirik sedikit ke arahnya saat lewat di depannya, dia sedang memainkan iPod. Huh dasar sok cool ngapain sih make-make earphone gitu, batinku lagi.
   Aku memesan mie ayam. Sambil menunggu, aku masih melirik ke arah luar, ke arah meja panjang di depan kantin. Dia masih disana dengan iPod dan earphonenya, tapi kali ini dia memejamkan matanya mungkin sedang menikmati lagu yang dia dengarkan. Duuuuh! Kok aku jadi peduli gini sih sama dia! Pesananku siap dan seperti berjanjian bel istirahat berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari saku jaket rajutanku, aku mengirimi Sherin pesan memberitahukan bahwa aku menyasar di kantin dan meminta dia untuk datang menemaniku makan mie ayam.
***
   “Duh Priiiit lo liat ga tadi si Bagus senyumin gue! Tadi pas di kantin pas kita makan mie ayam.” Ujar Sherin dengan wajah berbunga-bunga dan senyum yang di buat semanis mungkin olehnya.
   “Nama gue Pritta!” Jawabku ketus. Lagi-lagi Sherin salah memanggilku. Huuuft.
   “Hihi iya iya Pritta gue lagi seneng banget tau ngga! Lo sih tadi ngga liat. Huh.” Sherin masih senyum-senyum sendiri dengan wajah berbunga-bunga yang tidak bisa di sembunyikan.
   “Iya gue tau, Sher. Gue udah denger ratusan kali lo ngomong kaya gitu setelah kita balik dari kantin tadi!” Aku menjawab Sherin dengan malas.
  “Ih lo kenapa sih? Gue kan lagi seneng. Lo ngga suka gue seneng?”
   “Dih apaan sih Sher. Gue cape tau ga liat senyum lo tuh yang sok-sok manis kaya gitu. Lagian kan lo udah punya Leon. Ngapain lo masih aja seneng di senyumin tuh anak baru. Sebel gue. Inget ya sepupu gue tuh sayang banget sama lo. Jangan disakitin kek!”
   Iya pacar Sherin memang sepupuku. Namanya Leon. Mahasiswa ekonomi semester dua sebuah universitas swasta di Bandung. Ya, mereka memang menjalani hubungan jarak jauh. Dan hanya bisa bertemu seminggu sekali. Itupun kalau Leon tidak sibuk, kalaupun Leon sibuk Sherin yang datang mengunjunginya ke Bandung. Menurutku masih jauh lebih baik Leon di bandingkan anak baru itu. Bukan karena dia sepupuku. Leon adalah anak yang baik dan pintar, dia juga ganteng, matanya sipit memakai kacamata dan kulitnya putih, badannya juga tinggi dan berbentuk. Tidak seperti anak baru itu, badannya seperti tiang dan rambutnya juga tidak rapi bahkan dia juga sombong, banyak orang yang tidak suka.
   “Iya deh maafin gue ya Priiit. Abis dia kan banyak yang suka jadi gue jadi gimana gitu deh di senyumin sama dia. Gue ngga punya perasaan apa-apa kok.” Ujar Sherin dengan manja.
   Aku mencoba menenangkan hatiku. Dia memanggilku seperti suara peluit polisi, lagi. Aku coba tidak marah soal itu. “Awas ya lo nyakitin sepupu gue, Sher.”
   “Iya gue janji ga akan nyakitin Leonardo Tjandrawinata sepupu Abelina Prittantia Suroso.” Ucap Sherin sambil mengacungkan jari kelingking mungilnya. Aku mengaitkan kelingkingku di kelingkingnya. Dan kami sama-sama tersenyum. Akhirnya jemputan kami datang berbarengan.
   “Bye Priiiiiit. Hihi.” Teriak Sherin dari kaca mobilnya.
   Aku tidak menjawab, karena aku malu berteriak-teriak seperti itu di depan umum. Lambaian tanganku pada Sherin sebagai pertanda aku menjawab teriakannya. Sherin tidak marah ataupun kecewa, karena dia tahu aku malu.

[To be continued..]
Ain

I can yes I can kok

Ya Allah berikan Ain kekuatan
Kalau bisa kekuatan super
Untuk melewati semua ini
Semua cobaan yang Engkau berikan ini
Ain tahu bahwa ini bukan cobaan yang berat kan, ya Allah?
Sehingga Allah memberikan cobaan ini
Ya Allah buatlah Ain bisa menjaga perasaan orang lain
Buatlah Ain mengerti cara bersyukur
Buatlah Ain tidak bosan melewati ini
Buatlah Ain mengerti hikmah di balik semua ini
Maafkan jika Ain suka mengeluh selama ini ya Allah

Ain

Selasa, 02 September 2014

Still You #1

   Tuhan, aku ingin sembuh.
   “Ku baca tulisan itu di dalam note ponselmu. Air mataku sudah tak bisa tertahan lagi, memaksa keluar dari pelupuk mataku. Tak sadar air berlinang di pipiku. Memoriku tentangmu sekelibat melintasi otakku. Tawamu jelas mengiang di telingaku. Air mataku semakin deras menetes. Hatiku sakit sekali mengingatmu. Tak ada carakah yang bisa aku lakukan untuk menghadapi ini? Mengapa kamu tega padaku? Aku belum cukup mengenalmu, tapi kamu sudah pergi.”
***
   Kriiiiiing...Kriiiiiiing
   Suara jam weker yang bertengger tepat di depan wajahku benar-benar sukses membuatku terperanjat. Ku lihat jarum jam terpendek dengan tatapan serius karena penglihatanku belum fokus saat baru bangun seperti ini. Seketika mataku membelalak layaknya ingin loncat. Jam menunjukkan pukul 7.40 wib. Dan itu artinya sekolahku di mulai 20 menit lagi, tapi nyatanya aku masih ada di atas tempat tidur saat ini. Entah memakai jurus apa dengan sigap aku menyambar handuk dan segera masuk kamar mandi. Untung saja di dalam kamarku sengaja disediakan kamar mandi. Sebab orang tuaku malas bergantian kamar mandi denganku katanya saat mandi aku seperti putri solo.
   Seperti biasanya, aku diantar Kang Sono ke sekolah. Kang Sono adalah supir pribadi orang tuaku. Dengan perawakan tambun dan kulit sedikit gelap ditambah kumis tebalnya, Kang Sono bisa merangkap sebagai bodyguard buatku. Awalnya Kang Sono adalah satpam di kantor Ayah, tetapi ia berhenti kerja karena istrinya di kampung akan melahirkan. Setelah beberapa minggu pulang ke kampung, Kang Sono kembali lagi ke tempatnya bekerja tetapi posisinya sudag tergantikan oleh satpam yang baru. Padahal saat ini, ia sangat membutuhkan uang untuk biaya persalinan sang istri. Karena iba, ayah memperkerjakannya sebagai satpam pribadi bagi keluarga hingga saat ini. Aku punya beberapa cerita bersama Kang Sono. Seperti contohnya dua minggu yang lalu, saat aku akan pergi ke toko buku bersama Kang Sono, ada beberapa kumpulan anak laki-laki yang berpenampilan garang menghampiriku yang baru keluar dari mobil. Mereka menggangguku, tetapi dengan sigap Kang Sono keluar dan menghardik mereka dan alhasil mereka lari ketakutan. Padahal selama hidupnya Kang Sono tidak pernah memukul orang sekalipun tetapi berkat badannya semua orang menjadi segan padanya. Tapi, kali ini bukan ceritaku dan Kang Sono yang aku bahas. Melainkan ceritaku bersama orang yang menggagumkan yang selalu membuat hatiku berdebar.
***
   “Priiiiit!”
   Suara yang tidak asing lagi bagiku. Suara yang selalu memekakkan telinga. Siapa lagi kalau bukan Sherin, sahabatku dari SD.
   “Apaan sih, Sher? Bisa ngga sih lo kalau manggil tuh yang bener dikit. Nama gue Pritta!”
   Aku sangat benci saat orang-orang memanggil namaku setengah-setengah, seperti Sherin yang selalu memanggilku dengan sebutan ‘Prit’ seperti seorang polisi yang meniup peluitnya.
   “Haha sorry lah, Prit eh maksud gue Pritta cantik hihi. Gue mau pulang bareng aja sama lo ntar. Bisa kan? Abang gue ngga bisa jemput hehe”
   “Ah lo mah gue pikir ada berita heboh apaan!” Jawabku sedikit ketus.
   Aku berjalan melewati lorong panjang bersama Sherin menuju parkiran, mendengarkan cerita-ceritanya bersama kekasih barunya. Cewek imut yang selalu menguncir rambut ini memang cerewet sejak SD. Tidak heran, karena ia mempunyai dua buah tahi lalat di dekat bibirnya. Dan kini kami masih sekolah di SMA yang sama walaupun sempat beda kelas tapi kami ngotot untuk dipindahkan di kelas yang sama. Bagiku Sherin ini penghibur bagiku saat aku sedang merasa sedih. Dia semacam moodbooster bagiku.

   “Eh, Prit! Lo tau nggak?”
   “Nama gue Pritta! Kenapa?”
   “Iya iya PRITTA! Ada anak baru di kelas IPA 2. Cowok. Ganteng banget katanya. Tapi pasif gitu anaknya.” Ujar Sherin dengan mata yang di lebar-lebarkan
   “Ah gosip aja lo! Lo udah liat anaknya?”
   “Udah! Dan bener aja ganteng banget!”
   “Lo naksir ya? Ih lo kan udah punya pacar, Sher” Ucapku menggoda sahabatku ini.
   “Ah rese lo! Engga! Gue ngga naksir!”
   “Hahahaha”
   Tawaku meledak karena sukses mengerjainya sekaligus melihat muka Sherin menjadi memerah. Obrolan kecil kami di dalam mobil pun berlanjut  hingga tiba di depan rumah berpagar kayu coklat.
   “Daaaa. Thanks ya Priiiiit! Hihi. Besok lo kudu liat tuh cowo. Titik! Makasih juga Kang Sono. Bye!” Teriak Sherin sambil menutup pintu mobil. Aku hanya bisa membenamkan wajah kesalku karena panggilan Sherin barusan.
   Setelah sekolah berakhir, aku kembali ke rumah. Dan hidpuku berjalan seperti biasanya sebagai anak tunggal. Tidak ada yang istimewa di dalam rumah besar yang selalu ditinggalkan karena orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan.
***
   Hari ini kantin sekolahku terlihat begitu ramai. Di mana-mana orang berdesak-desakkan ingin membeli makanan. Aku melihatnya saja sudah lelah, jadi aku putuskan untuk berdiri di depan kantin dengan tangan di silangkan di dada dan mulut sedikit manyun, inilah tandanya jika aku sedang kesal. Bagaimana tidak, pagi ini aku tidak sempat sarapan apalagi menyiapkan bekal. Aku bangun kesiangan lagi. Padahal sekolahku ini adalah salah satu sekolah favorit di Jakarta Pusat tetapi servicenya sama saja seperti pasar. Saat sedang asik dengan kekesalanku mengenai kantin, ada seseorang yang menabrakku dari belakang. Kontan rasa kesalku memuncak. Dengan sigap aku membalikkan badan dan mebentaknya.
   “Kalau jalan hati-hati dong!”
   Aku sedikit terkejut setelah melihat wajahnya. Seorang laki-laki tinggi, berkulit putih dan rambut yang sengaja ditata seperti jambul, ia memakai sweater biru laut dan sebuah earphone tergantung di kuping dan lehernya. Dia sangat cool. Ia terlihat asing bagiku. Dalam hatiku aku bertanya Siapakah orang ini? Aku tidak pernah melihatnya selama tiga tahun aku bejar disekolah ini. Apakah dia anak baru yang Sherin ceritakan?

   “Sorry.” Jawabnya dengan tatapan sinis dan kembali berjalan menjauhiku. Hingga aku hanya dapat menatap punggungnya saja yang semakin jauh hilang di tengah keramaian.


[To be continued..]
Ain
Semoga langgeng!

Senin, 11 Agustus 2014

[no title]



   Sekarang aku tahu bagaimana rasanya menjadi dia dulu, ketika aku merebutmu darinya. Ternyata tak seperti yang ku bayangkan. Ini lebih sakit dari apa yang ada dipikiranku. Aku sekarang tahu bagaimana air matanya terbuang karena kita, terutama karena aku. Tapi, aku takkan membuatnya merasakan apa yang aku rasakan, saat hubunganku di usik dulu. Kebahagiaanmu saat ini memang bukan kebahagiaanku. Kesakitanku saat ini pun tak kamu rasakan juga. Biarlah semua berakhir. Aku tak keberatan dengan semua yang kamu lakukan. Aku coba untuk tidak marah dan menangis, walaupun kamu tahu itu pasti akan sangat susah dilakukan untuk wanita cengeng sepertiku. Semoga dia memang serius denganmu. Selamat tinggal.. “Hope you’ll happy now”.

Ain

Jumat, 08 Agustus 2014

Dari Kemarin

Seandainya hatiku ini balon mungkin sudah meledak dari kemarin
Seandainya mataku ini mata air mungkin sudah kering dari kemarin
Seandainya wajahku ini tanah mungkin sudah gersang dari kemarin
Seandainya aku sebuah robot mungkin sudah rusak dari kemarin
Seandainya dadaku ini kertas mungkin sudah bolong dari kemarin

Ain

Selasa, 05 Agustus 2014

Lo aneh! Lo gila! Lo jahat! Lo tega! Ini gue!!!! Ini gue!!!!!!!!!!! Ain kecil lo! Ini ain kecil lo! Buka mata lo! Berapa hari ini gue diem ga pernah bnyak ngomong sama lo nahan semuanya sendirian!!!!!!! Sekarang gue ngomong sm lo tapi kata2 lo sumpah sakit!!!!!!!! Gue semu!!! Gue bego bgt!qwertryuiopoasdfghjkl;zxcvbnm,./-0[poui2bryqjgcsaehn'odpaukhvkvmxndvkaeg hto2tVZKJXNS;DLkrde;jxkdhkwhgkwhkljf.,zmfjshtkowthksfhlkaQHR'01O5U0'URFKXCVBHMJ,NKM.L;KJHGFDSFGHcxdrtyuhjiklmjmhgfdftyuioplkmjnbvcxdswq21234567ujnhb vcderfgbhnmjuytgbnmjhygtfv bnmjnhbgvfde4rtghnm,kloiujhbgvfrtyujkmsfjkwhiry5'hdpoac:LN>
Mah sakit butuh mamah. Cape mah cape bgt. Tolong mah

NIH BACA!!!!

   Beberapa hari yang lalu pas gue masih mudik, gue nerima sms konfirmasih kode dari gmail. Padahal gue lagi ngga buka gmail sama sekali. Dan gue ga pernah nyuruh orang lain buat buka gmail gue itu. Gue gatau itu siapa. Gue ga ngerti maksudnya apa berusaha bobol gmail gue. Dan sekarang gmail gue amblas. Nih ya gue bilangin sama lo yang iseng banget! Lo tuh mendingan urusin idup lo sendiri deh jgn ngerecokin orang lain! Coba lo ngaca diri lo udah bener apa belom! Lo pikir lo keren bisa ngambil alih email orang! Kaga bego! Aslian lo ga punya etika! Puas lo?!!

Ain

Minggu, 03 Agustus 2014

KEPO MAKE US HURT, GIRLS!!!!!

  Lagi gabut banget + bete banget hari ini. Nulis aja oke nih kayanya. Oke gue pengen ngebahas sifat cewe yang gaada abisnya dan gue yakin banget tiap cewe suka ngelakuin hal ini, termasuk gue sendiri. Sesuai judulnya ya gue pengen bahas soal nge-stalk alias stalking alias kepo alias pengen tau banget. Keponya bisa dimana-mana, lewat temen atau di socmed. Dimana-mana yang namanya cewe tuh selalu pengen tau apapun. Apalagi kalo itu ada sangkut pautnya sama pacarnya atau orang yang di sayang. Karena kebanyakan cewe itu posesif. Suka mikir berlebihan, itu udah kodrat cewe katanya. Banyak banget jenis-jenis keponya cewe. Nih sebutin beberapa ya.

1. Kepo mantan
    Kalo yang ini khusus buat cewe yang belum bisa move on. Biasanya cewe yang belum move on dan pengen tau banget kabar mantan bakal ngelakuin hal ini. Secara udah putus ga akan bisa lagi dapet kabar setiap saat kaya dulu kan. Ga peduli dimana aja yang penting bisa tau. Ga peduli gimana rasanya yang penting mah kepo. Kadang nih cewe-cewe masih kepoin mantan yang udah punya pacar. Kebayang ga gimana peurihnya? Udah gabisa move on ditambah ngeliatin si doi mesra-mesraan sama yang baru. Gue mah alhamdulillah ga pernah kaya begini.

2. Kepo mantannya doi
    Ini? Iya gue banget. Duhileh haha ngaku deh gue. Selain gue banyak juga sih kayanya yang ngelakuin hal kaya begini. Biasanya cara ini dipilih sama cewe karena mantan si doi masih so-soan ganjen gitcuuuh. Dih paan ya padahal doi kan udah ada kita kok masih digodain meleee. Ya ditambah si doinya juga ngerespon si mantan, ya walaupun katanya ngga ada hubungan apa-apa. Tapi nih kata Mario Teguh "Suatu hubungan yang awalnya tidak ada apa-apa, kalau dipupuk pasti akan menjadi istimewa suatu saat". Bener banget yegak? Kalo si mantan ganjen + doinya juga ngerespon mah kudu hati-hati neng. Kita mah orang depan gatau di belakang ada apaan kalo ngga noleh-noleh yegak? Ya itu gunanya kepo haha

3. Kepo pacar sendiri
    Kalo kepo sama pacar sendiri ini sih buat cewe-cewe yang ngerasa pacarnya kurang terbuka sama dia. Dia ngerasa hubungan banyak rahasianya dan ngerasa ngga kenal sama pacarnya sendiri. Yang kaya gini ngga banget enaknya udahan aja. Ya tapi kalo sayang mah mau kaya gimana lagi ya. Biasanya sih cewe kepo sama temen pacaranya itu.

4. Kepo masa lalu pacar
    Ngapain gitu ngurusin masa lalu orang. Masa lalu juga ngga akan jadi masa depan kan. Biasanya cewe yang kaya gini tuh yang over banget posesifnya. Pengen tau banget mantan pernah ngapain aja, kaya gimana jaman dulunya, mantannya berapa, siapa aja mantannya. Yaudin sih ya kalo emang sayang kudunya nerima apa adanya awkawkawk.

   Udah segitu aja. Pada dasarnya sih kepo/nge-stalk/stalking itu nyakitin banget kalo nemu sesuatu yang ga pas buat kita. Tapi bakal jadi hobi favorit buat cewe-cewe. Dan menurut pengamatan gue, cewe-cewe yang abis kepo bakal nulis status di fb, tweet di twitter atau dn di bbm kalau nge-stalk itu bikin sakit. Intinya sih kepo itu udah kodrat cewe dan cowo udah kodratnya buat ketauan.

"Buat para Ikhwan.. Jangan coba bohong pada wanita, karena wanita intuisinya kuat & biasanya tahu kalau sedang dibohongi." -(@Anggeliadel)


Ain
http://dc100.4shared.com/img/1630434100/a97efa14/dlink__2Fdownload_2Fi1MqBrH-_3Ftsid_3D20130313-35301-2f246ef0/preview.mp3