“To live a creative life we must lose our fear of being wrong. Thank you for visit "Catatan Ain". I hope you can find what you want. -Ain-

Jumat, 05 April 2013

Mahalnya Biaya Transplantasi Sumsum Tulang & Kemoteraphy Membuat Pasien [Leukemia] memilih Mati


Pagi  itu terasa senyap,  aroma rumah sakit  begitu terasa hingga di ubun ubun.  Melangkahkan kaki  melintasi bangsal anak RS Kanker Dharmais.  Bangsal dimana anak anak pasien Leukemia dirawat. Wajah wajah manis  dengan tatapan mata bening seolah tanpa dosa terbaring lemah tak berdaya disana. Terlintas  dalam pikiran “betapa banyak nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita” namun telahkah kita bersyukur atas nikmat-Nya..?  Begitu banyak nikmat yang telah diberikan oleh Yang Maha Hidup dan Yang Menghidupkan,  dan  dua hal  yang sering terlupakan adalah nikmat sehat dan nikmat waktu.
Di ujung bangsal  sosok  Adzi Nurrahman Rusdhian Putra atau yang biasa dipanggil Mas Adzi adalah seorang pasien di Bangsal Anak RS Kanker Dharmais.  Adzi  yang saat ini berusia 4 tahun adalah pasien Leukemia jenis ALL (lymphoblastic leukemia akut)  adalah jenis leukemia  atau kanker darah putih yang ditandai dengan berlebihnya lymphoblasts atu sel darah putih.
Kanker darah bisa disebut ganas jika sel darah putih berkembang dan dioverproduksi di sumsum tulang. Hal itu menyebabkan kerusakan dan kematian Penderita lekukemua jenis ALL umumnya adalah anak anak antara usia 2-5 tahun, dan satu lagi puncak di usia tua. Tingkat menyembuhkan keseluruhan pada anak-anak adalah sekitar 80%.
Adzi, pasien leukemia ini  mulai masuk bangsal 4 RS Kanker Dharmais sejak tahun 2008 lalu. Menurut dokter yang menangani  Adzi bahwa  Juli 2010 lalu leukosit Adzi mencapai 47.000. Dalam keadaan sel darah putih di dalam  seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih. Melihat kondisi Adzi yang demikian, dokter khawatir  kanker akan menjalar dan menyerang otak Adzi, begitu menurut cerita keluarganya.  Maka satu satunya jalan yang harus dilakukan adalah dengan adanya tindakan transplantasi sumsum tulang dan kemoteraphy.
Sayangnya biaya transplantasi sumsum tulang dan kemoteraphy itu sendiri luar biasa mencengangkan bagi saya maupun keluarga Adzi. Angka untuk sebuah nyawa adzi, dokter mematok harga 1.5 milyar. Padahal orang tua  Adzi berasal dari keluarga sederhana yang selama ini sudah mengusahakan agar Mas Adzi mendapatkan yang terbaik.  Saat ini Adzi masih menjadi pasien tetap di bangsal 4 RS Kanker Dharmais. Ayah Adzi adalah karyawan perusahaan ternama ( PT. Freeport) konon selama ini biaya pengobatan manage care nya juga telah di cover oleh  Freeport. Mengingat dana yang dibutuhkan untuk pengobatab Adzi cukup besar, saya pun rasanya tak percaya. Hingga suatu ketika saya menanyakan hal itu kepada salah satu dokter onkolog yang di rekomendasikan sahabat saya. Rasanya sulit percaya, saya pun berusaha untuk meloby agar harga itu bukan angka mati yang tak bisa ditawar.
Dari pembiacaraan saya dengan dokter onkolog tadi, saya diskusikan kepada sahabat sahabat yang ada dan bergabung dalam “gerakan peduli kanker”. Dan dengan melihat  kondisi adzi akhirnya cukup mendapat perhatian dari media elektronik yaitu Trans-TV. Dengan mengambil tema Trans-TV peduli, disitu artis-artis menggalang dana untuk Adzi diantaranya adalah d’massiv  hadir di bangsal 4 RS Kanker Dharmais tersebut. Saat ini dana yang terkumpul baru kurang lebih 800 juta-an, artinya untuk mencapai 1.5 milyar masih harus dan butuh dana 700 juataan lagi. Kondisi ini mengharuskan Adzi dan keluarganya mau tak mau harus bertahan dan berdo’a seraya menyerahkan semua kepada Yang Maha Hidup.
Adalah pilihan yang sulit bagi orang tua juga keluarga Adzi, bersyukur nya hingga saat ini si adzi masih mampu bertahan, keadaan Adzi menginspirasi  sahabat sahabatnya juga termasuk saya sendiri. Adalah wanita hebat menurut saya yaitu Ibu Dian, ibundanya Adzi yang tak pernah lelah apalagi mengeluh menunggui anak semata wayangnya ini sendiri karena suami tercintanya harus bekerja di ujung Timur Indonesia (Timika). Namun demikian bukan berarti ayah Adzi tak peduli, setiap off dari pekerjaannya ia senantiasa berkunjung ke Jakarta untuk yang mampu menyemangati pasien kanker lainnya. melihat dan mencium buah hatinya.  Sebagian dari mereka menyebut Adzi adalah anak ajaib dan membuat semangatnya  pasien kanker lainnya.
Kondisi yang dihadapi orang tua Adzi dan keluarganya mungkin juga dirasakan oleh pasien pasien leukemia atau kanker lain di negeri ini. Bahkan mungkin memilih mati daripada harus menyiapkan biaya transplantasi yang besarnya luar biasa ini. Menjadi dilema ketika hati saya bertanya “apakah tidak ada kebijakan dari pemerintah atau para pelaku medis untuk bisa memberikan pengurangan atas biaya transplantasi sumsum tulang Adzi..? Ataukah pemerintah khawatir jika si Adzi ini diberikan pengurangan maka pasien pasien yang lain juga akan meminta dan menuntut hal yang sama…?
Tulisan ini adalah sekelumit serita tengan Adzi yang sampai saat ini masih  terbaring lemah di bangsal RS Kanker Dharmais, dan menunggu uluran tangan dari orang orang yang terbuka hatinya,  Bagi  sahabat yang ingin tau kondisi Adzi  bisa datang dan melihat sendiri di bangsal 4 RS Kanker Dharmais. Semangat Adzi mampu menginspirasi saya dan anak anak penderita kanker lainnya.  Saya bersyukur bahwa ternyata diluar sana masih banyak orang dan anak anak yang  berjuang untuk mampu bertahan untuk hidup dan kehidupannya.
Adalah manusiawi jika kadang kita lupa, Seperti yang telah disinggung di awal tulisan bahwa dua hal yang sering terlupakan adalah nikmat sehat dan nikmat waktu. Karena biaya untuk sehat   itu cukup mahal… adalah tugas kita untuk ikhtiar menjaga kesehatan. Begitupun waktu, hargai dan gunakan waktu kita dengan baik selagi masih diberi waktu oleh-Nya…

Mas Adzi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://dc100.4shared.com/img/1630434100/a97efa14/dlink__2Fdownload_2Fi1MqBrH-_3Ftsid_3D20130313-35301-2f246ef0/preview.mp3