“To live a creative life we must lose our fear of being wrong. Thank you for visit "Catatan Ain". I hope you can find what you want. -Ain-

Sabtu, 06 April 2013

Aku Memilih Bisu

   Mobilku terhenti di sisi jalan. Dari balik kaca mobilku terlihat seorang pria bergandengan tangan bersama seorang wanita, terlihat sangat mesra sepertinya mereka memiliki hubungan yang istimewa. Wajahnya tidak asing bagiku. Itu adalah Bagas dan Elina, pria yang kucintai bersama sahabatku. Seketika itu wajahku menjadi merah padam, darah mendidih sudah di ubun-ubun. Bagaimana tidak seharian ini Bagas tidak menjawab telepon dan pesanku, dia malah berduaan dengan sahabatku sekarang. Hatiku seperti dirobek-robek dengan paksa membuatnya menjadi hancur berkeping-keping. Emosi berkecamuk di dalam diriku. Tetesan air berusaha mengalir dari pelupuk mataku, tapi tertahan oleh kuatnya emosiku. Aku memacu mobilku dengan kecepatan hampir penuh. Aku menyalakan musik dengan sangat keras- untuk memaksakan senyum tersemat di wajahku. Sepanjang jalan jantungku berdetak sedikit lebih cepat. Membuat dadaku terasa sakit dan panas. Tega-teganya sahabatku menggoda kekasihku.
***

    Ponselku bergetar, tanda panggilan masuk. Tertulis di layar ponselku 'Beloved', panggilan sayangku pada Bagas. Untuk apa dia menghubungiku? Kekesalan masih menjamur di batinku. Dengan penuh keterpaksaan aku menekan tombol Ok untuk mengangkat teleponnya.
   "Halo."
   "Halo, Van. Maaf tadi aku sibuk sama tugas kuliah jadi enggak sempat angkat telepon kamu, sayang."
   Sibuk berpacaran dengan sahabatku sepertinya. Batinku.
   "Yasudah tidak apa-apa. Kamu baru pulang?"
   "Iya. Aku sudah ngantuk habis ini mau langsung tidur. Tidak apa-apa kan?"
   "Oh iya tidak apa-apa."
   Tiba-tiba suara di seberang telepon menghilang tergantikan nada tut tut. Dia mematikan teleponnya. Tanpa mengucap salam dan mengatakan sesuatu padaku. Aku menahan emosiku. Hatiku menjadi panas kembali. Aku tidak menyangka sahabatku dan kekasihku tega mengkhianatiku. Kali ini aku benar-benar menangis. Aku memilih menghabiskan waktuku untuk tidur saja malam itu.
***

    Elina&Vania. Ukiran nama di meja kantin itu membuyarkan selera makan siangku. Ukiran itu memang aku dan Elina yang membuatnya. Tapi itu dulu, sebelum Elina merebut kekasihku.
   "Hei!"
   Seseorang menepuk pundakku. Ternyata Elina. Dengan senyum mengembang lebar di wajahnya, seolah tidak ada apa-apa. Aku berusaha menutup ukiran nama kami berdua dengan mangkuk sambal agar dia tidak merusak moodku dengan perbincangan seputar persahabatan yang kelihatannya indah.
   "Sendirian aja nih."
   Seulas senyum terpaksa terukir jelas di wajahku. Aku mempersilakannya duduk tepat disampingku. Aku menatap wajahnya sambil mengunyah bakso yang sudah sejak tadi aku makan. Aku tidak menyangka, seorang sahabat yang menemaniku sejak masih di sekolah dasar tega mengkhianatiku. Aku mencoba menutupi emosi dan sakit hatiku di depan Elina. Aku membuat semuanya terlihat biasa, seperti tidak ada apa-apa.
***

   Ini adalah bulan kedua terhitung setelah aku melihat Bagas dan Elina bermain di belakangku. Seperti sudah kebal dengan keadaan ini, pikiran besar yang mengganjal di otakku menjadi beban biasa untukku. Menangis adalah hal biasa yang sudah aku lakukan. Pemandangan kekasihku dan sahabatku mengkhianatiku adalah hal yang biasa.
   Semakin hari hubunganku dengan Bagas semakin renggang. Aku memilih bertahan untuk tetap merasa sakit seperti ini. Semata-mata karena aku mencintainya. Aku memilih menghabiskan air mataku untuk meratapi semuanya. Aku memilih berada di posisiku, mempertahankan kekasihku dan menemani sahabatku. Aku memilih untuk menikmati sakit akibat pengkhianatan sahabat dan kekasihku. Aku memilih terdiam dengan sekelumut rasa sakit bergumpal didadaku. Semuanya tertahan dalam kebisuanku. Mulutku tetap terkunci rapat sambil menikmati cinta yang semakin hari semakin tipis dan hilang. Aku memilih diam hingga semua berakhir karena cinta dan kasihnya sudah benar-benar habis.
   Aku percaya sebuah ketulusan akan mengalahkan segala rasa cintanya pada sahabatku yang semu. Pada akhirnya dia akan menyadari siapa yang benar-benar mencintainya.

Ain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://dc100.4shared.com/img/1630434100/a97efa14/dlink__2Fdownload_2Fi1MqBrH-_3Ftsid_3D20130313-35301-2f246ef0/preview.mp3