“To live a creative life we must lose our fear of being wrong. Thank you for visit "Catatan Ain". I hope you can find what you want. -Ain-

Sabtu, 06 April 2013

Seberapa Pentingnya Aku?

   Aku menggenggam erat ponsel yang ku tempelkan ke telingaku. Kamu dimana sih? Telepon dan pesanku kamu abaikan! Katanya sudah di kantor, tapi kenapa masih terlihat sibuk? Game lagi? Asssh! Batinku dalam hati. Aku menarik nafasku dalam-dalam mencoba menahan emosiku. Ini adalah malam minggu. Harusnya malam untuk aku dan dia. Tapi sampai sekarang dia masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Mengabaripun hanya sesekali apalagi menemaniku, itu hal yang hampir tidak mungkin dia lakukan. Wajar saja, dia sibuk. Oke aku akan berusaha lebih sabar. Tidak ada salahnya mengalah untuk hasil yang lebih baik.
***

   Hujan deras turun menemaniku. Dia belum juga memberiku kabar. Aku tertidur di sofa kamarku dengan dingin membalut tubuhku.
   Aku terbangun mendengar suara ponselku sendiri. Ada sebuah pesan, darinya. Dia meminta maaf baru membalas pesanku karena tadi dia sangat sibuk dan baru pulang. Dia berperilaku seperti tidak ada beban. Apa dia tidak tahu bahwa perasaanku sudah tidak karuan daritadi? Aku ingin marah dan berteriak tepat di kupingnya. Aku ingin mengatakan aku rindu padanya. Tapi aku berusaha agar terlihat tenang dengan sedikit rasa kesal dalam diriku. Aku mengurungkan niatku untuk membuat malam ini menjadi seperti malam biasanya, bertengkar. Awalnya aku berniat meneleponnya, tapi ku pikir dia sudah lelah. Apabila aku ganggu dia pasti marah.
***

   Hariku dengannya semakin terasa jauh. Karena kesibukannya. Jika dia tahu aku mengeluh seperti ini, dia pasti mengatakan "kamu perlu orang yang selalu ada untuk kamu". Kata-kata yang memuakkan yang sepertinya menunjukkan bahwa dia tidak benar-benar mencintaiku. Terkadang aku memilih untuk diam karena aku tidak ingin membuat dia berkata seperti demikian. Itu hanya menambah emosiku dan merusak hubungan kita dengan kata akhir yang tersebut 'putus'.
   Terkadang aku berpikir, apakah kamu pernah memikirkan hal yang sama denganku? Apa kamu pernah manjadikanku yang pertama seperti aku menjadikanmu yang pertama saat aku merindukanmu? Apa kamu pernah berpikir apakah aku ini mengkhawatirkanmu atau tidak? Apakah dia pernah merindukanku seperti aku merindukannya? Apakah rasa cintanya sama besar dengan rasa cintaku padanya? Sepenting apakah aku untuknya?
   Jawabannya hanya dia yang tahu. Aku hanya bisa menebak.
   Jangan khawatir, aku akan tetap berusaha memberikanmu yang terbaik dengan sisa kesabaranku yang masih ada, walau katamu aku tidak pernah sabar. Inilah aku. Terima kasih sudah menerimaku.

Ain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://dc100.4shared.com/img/1630434100/a97efa14/dlink__2Fdownload_2Fi1MqBrH-_3Ftsid_3D20130313-35301-2f246ef0/preview.mp3