“To live a creative life we must lose our fear of being wrong. Thank you for visit "Catatan Ain". I hope you can find what you want. -Ain-

Sabtu, 30 Maret 2013

Maafkan Aku

"Udahlah! Ini tuh salah! Aku minta roti bakar sosis bukan stroberi ini!"

"Maaf sayang. Iya aku beliin yang sosis ya. Tapi jangan di lempar lagi jamnya."

"Kamu emang ga ngerti aku!"

   Aku mengingat kembali saat-saat beberapa bulan yang lalu. Saat dia salah membelikanku roti bakar dan aku melempar mukanya dengan jam tangan couple  yang tadinya melekat di pergelangan tanganku. Aku ingat saat itu, aku sangat kesal karena kebodohannya. Dia sangat bodoh bagiku. Karena sudah 5 bulan berpacaran denganku tapi masih saja tidak ingat apa saja kesukaanku. Aku ingat betul aku meninggalkannya di depan kelasku. Tapi dia mengejarku untuk memasangkan jam yang aku lemparkan ke mukanya. Aku menatapnya dengan tatapan yang sangat sinis. Seakan tidak mempedulikan usahanya, aku melepaskan jam itu dan melemparkannya lagi. Dia sangat bodoh dan tidak tau malu. Dia memang laki-laki yang tidak bisa diandalkan. Hanya membuatku malu dengan setiap tingkah lakunya. Sejujurnya aku hanya terpaksa menjalani ini semua, hanya karena dia sangat kaya dan gampang di bodohi.
   Banyak orang yang membicarakanku karena tingkahku yang kelewatan pada pacarku saat itu. Aku tidak peduli. Yang menjalani adalah aku dan dia, bukan urusan untuk orang lain. Mereka berkata bahwa aku adalah perempuan tidak tau diri, sudah punya pacar yang baik malah di sia-siakan. Dalam pikiranku mereka tidak tau kalau pacarku sebenarnya bodoh. Benar-benar bodoh. Semakin lama semakin ku rasakan kebodohan pacarku. Suatu hari aku bertemu dengannya berjualan di pasar. Demi Tuhan itu adalah hal yang paling memalukan. Pacarku berjualan di pasar akan merusak reputasiku di sekolah nanti. Seketika aku menyeretnya keluar dari sebuah toko yang lumayan besar.

"Kamu ngapain sih disini!!"

"Aku bantuin ibu jualan. Pegawainya lagi ga masuk. Kamu beli apa sayang?"

"Udah! Gausa banyak omong! Cepetan pulang!"

"Tapi..."

   Belum selesai dia melanjutkan aku langsung menyeretnya tanpa peduli apa yang akan dikatakannya. Aku benar-benar malu saat itu. Ingin rasanya aku mengakhiri hubungan ini. Kalau saja dia bukan orang kaya sudah aku akhiri dari dulu. Aku membawanya pulang. Di sepanjang jalan dia menenangkanku dengan nada bicara khasnya, sedikit merengek seperti anak kecil. Aku sangat muak dengannya. Aku hanya diam tanpa mendengarkan ocehannya yang tidak penting. Dasar bodoh tidak pernah membanggakan untung saja orang kaya, pikirku. Bukannya pulang dia malah membawaku ke sebuah taman. Dia turun dari motor dan sedikit bersujud di depanku untuk meminta maaf.

"Sayang maafin aku. Tadi aku cuma bantu ibu."

"Aku ga peduli! Aku malu!"

"Sayang maafin aku. Aku janji ga akan jualan di pasar lagi supaya kamu ga malu lagi. Maafin aku sayang."

   Matanya memerah dan sedikit berkaca-kaca. Aku hanya diam mendengar dia berkata seperti itu. Aku benar-benar tidak peduli dengannya. Aku sangat benci kepadanya. Dasar laki-laki yang bodoh tidak pernah memahamiku. Itulah yang ada di dalam pikiranku. Aku muak dengan setiap kata-kata maaf yang selalu dia lontarkan. Aku bosan. Aku menyalakan motor dan meninggalkannya. Dia sempat mengejarku sambil berteriak-teriak memanggil namaku. Aku tidak peduli padanya dan aku memacu motorku dengan lebih cepat lagi. Sepanjang jalan aku hanya menggerutu saja.
   Keesokan harinya, saat jam istirahat pacarku menghampiri aku yang sedang duduk bersama teman-temanku di taman sekolah. Dia menyeretku menjauh dari teman-temaku. Cengkramannya sangat kuat sehingga aku tidak bisa melepaskannya. Aku sempat berteriak sampai orang-orang di sekitar menoleh kepada kami. Dia melepaskanku tepat di bawah pohon palm, matanya membelalak dan mukanya merah padam.

"Mau kamu apa sih! Kamu ga ngerti banget di sayang! Kamu tarik aku dari pasar dan kamu ninggalin aku di taman! Kamu maunya apa sih?!"

   Dia membentakku. Ini adalah kali pertama dia membentakku. Dia meninggalkanku disana bersama beberapa pasang mata memelototiku dengan mulut yang menganga. Oh Tuhan aku tidak menyadari air mataku menetes. Aku tidak menyangka dia tega membentakku di tengah kerumunan orang. Aku sangat malu. Aku berlari menuju kelasku dengan tangan menutupi wajah. Hingga jam pulang aku hanya menangis hingga mataku menjadi bengkak. Sampai dirumah aku mengirimkan padanya sebuah pesan singkat.

"Maafin aku buat semuanya. Aku memang bukan pacar yang baik buat kamu. Sebaiknya kita putus aja sekarang. Kamu pasti bisa dapat yang lebih baik. Terima kasih..."

  Tidak berselang lama, handphoneku bergetar tanda ada panggilan masuk. Itu pacarku. Dia menangis, dia memohon padaku untuk tetap melanjutkan hubungan kita. mendengar suaranya yang memuakkan aku malah membentaknya. Dia semakin menangis. Aku berpikir bahwa dia bukan hanya laki-laki bodoh tapi juga cengeng. Tanpa ingin menjadi panjang lebar lagi, aku langsung mematikan teleponnya. Dia tetap menghubungiku tapi aku tetap saja tidak peduli padanya.

   Itulah kenanganku bersama Andi, yang kini telah menjadi mantan pacarku. Aku memang sangat keterlaluan memperlakukan dia dulu. Aku membuatnya seperti orang yang bodoh menuruti setiap mauku. Aku menyesal. Aku sangat menyesal. Sampai detik ini aku tidak bisa menemukan seorang laki-laki yang lebih baik darinya. Betapa bodohnya aku ya Tuhan. Aku ingin mengulangi semuanya bersama dia. Aku menyadari dia bukanlah laki-laki bodoh ataupun cengeng. Dia seperti itu karena terlalu menyayangiku. Sebenarnya bukan dia yang bodoh, tapi aku. Aku menyia-nyiakan semuanya yang sudah dia berikan kepadaku. Maafkan aku untuk setiap salahku. Kembalilah kepadaku walau hanya sebentar saja. Aku ingin berubah aku janji ingin berubah demi dia.

   Tapi sayang sekali, dia sudah punya pacar baru sekarang. Dia tidak mungkin mau kembali kepadaku. Dia pasti sudah lelah aku bodohi, dia pasti sudah lelah aku marahi.

   Maafkan kebodohanku, Andi. Jagalah hubungan kamu sama dia sekarang ya. Aku cuma bisa perhatiin kamu dari jauh. Maafkan aku...

Ain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://dc100.4shared.com/img/1630434100/a97efa14/dlink__2Fdownload_2Fi1MqBrH-_3Ftsid_3D20130313-35301-2f246ef0/preview.mp3